Masih Muda Sudah Jadi Bos, Ini Tips Para Pendiri Startup Kelola Stres

25 Juli 2022 14:07 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi startup. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi startup. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Mendirikan perusahaan di usia muda bukan hal baru di Indonesia. Mimpi itu kini banyak diraih mereka yang digapai mereka yang berusia 20-40 tahun dengan mendirikan sebuah startup atau perusahaan perintis.
ADVERTISEMENT
Meski bergelar founder dan CEO, menjadi seorang bos saat muda bukan hal mudah dijalani. Pendiri startup menghadapi lika-liku menjalankan bisnis, seperti mencari pendanaan, target mengejar keuntungan, hingga mempertahankan perusahaan terus berjalan, apalagi di tengah badai PHK saat ini.
Menjadi bos startup juga bisa stres atau depresi. Bagaimana mereka mengelola stres agar tetap waras menjalankan bisnisnya?
Co-Founder startup pajak Goritax, Anton Irawan, bercerita pengalamannya mendirikan startup. Kata dia, salah satu hal penting jurus jitu mengelola stresnya menjalankan Goritax adalah sejak awal merekrut tim yang mempunyai visi dan misi yang sama. Sebagian karyawan di Goritax tergolong anak muda.
“Kita juga hadapi stres di awal seperti susah tidur. Prinsipnya dijalanin saja walaupun berat sampai kami sudah berjalan tiga tahun. Klien dan tanggung jawab yang kami emban bertambah besar,” ujar Anton kepada kumparan dalam wawancara eksklusif yang diadakan Upturn Indonesia belum lama ini.
ADVERTISEMENT
Goritax merupakan platform untuk menyediakan layanan kesekretariatan perusahaan. Konsumen bisa melihat kondisi administrasi perkantoran, seperti pembayaran invoice dengan layanan online.
Sementara itu, Founder Bintang Kecil Melia Lustojoputro mengaku dirinya juga pernah menghadapi stres dan mencari tahu dampak apa yang mau diangkat pada startup-nya. Ia memilih untuk saling menguatkan antar sesama tim.
“Kami melihat anak-anak Indonesia banyak belum mengenal lagu dan seni, sehingga kita terus mendapat makna untuk ciptakan dampak. Kita harus bisa mengubah situasi yang ada karena begitu banyak kolaborator yang mau (kerja sama),” katanya.
Melia menekankan pihaknya harus percaya diri, terlihat dari Bintang Kecil beberapa kali terpilih jadi accelerator. Bintang Kecil tidak melakukan bakar uang untuk operasional bisnis, melainkan kolaborasi berbagai perusahaan. Kolaborasi ini berupa program b2b untuk perusahaan, terima sponsorship dan melakukan promosi.
ADVERTISEMENT
Bintang Kecil merupakan aplikasi untuk menggaungkan popularitas lagu anak. Platform ini merangkul anak-anak untuk bergerak di seni musik.
Starup Bengkel Mania. Foto: Bengkel Mania
Kemudian, ada Natalia dari perwakilan startup Bengkel Mania menyatakan stres bisa dikendalikan apabila semua anggota tim berkualitas meskipun timnya kecil. Manajemen stres bisa teratasi kalau semua mau menghadapi masalah ini.
“Kondisi tim kami balance, banyak anak muda dengan segudang ide dan mau belajar bareng. Kita juga punya karyawan yaitu praktisi dengan beragam pengalaman di industri,” pungkasnya.
Bengkel Mania merupakan tech-startup UMKM bengkel pertama yang menyediakan layanan supply chain, pembiayaan modal bengkel, manajemen pembukuan, dan payment point online bank untuk UMKM bengkel motor.
Upturn Indonesia. Foto: Upturn Indonesia
Goritax, Bintang Kecil, dan Bengkel Mania merupakan tiga dari 101 startup yang bergabung dalam platform startup accelerator PT Upturn Akselerasi Nusantara (Upturn Indonesia). Lainya ada Psikologimu, Belajarlagi, CariMobil, Rakamin Academy, Tentoin, Broiler X, Kibble, Stellar X, Jaramba, Sgara, dan Wiseree.
ADVERTISEMENT