Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0

ADVERTISEMENT
Gojek dan Tokopedia mengejutkan publik dengan pengumuman merger dua startup teknologi tersebut. Entitas hasil penggabungan keduanya diberi nama GoTo Grup.
ADVERTISEMENT
Dalam keterangan resminya, perseroan mengeklaim pembentukan GoTo ini merupakan kolaborasi usaha terbesar di Indonesia, sekaligus kolaborasi terbesar antara dua perusahaan internet dan layanan media di Asia hingga saat ini.
Manajemen GoTo juga memamerkan sejumlah pencapaian yang telah berhasil diraih keduanya selama ini. Dalam keterangan resminya, perusahaan mengaku memiliki valuasi mencapai USD 18 miliar atau setara Rp 257,04 triliun (kurs: Rp 14.280 per USD). Valuasi tersebut berdasarkan putaran penggalangan dana Gojek pada 2019 dan Tokopedia pada awal 2020 lalu.
Data serupa juga dirilis oleh CB Insights. Dalam risetnya, CB Insights membeberkan bahwa per April 2021, valuasi Gojek tercatat sebesar USD 10 miliar sedangkan valuasi Tokopedia adalah senilai USD 7 miliar. Artinya valuasi dari gabungan atau GoTo pada April 2021 mencapai USD 17 miliar atau setara dengan Rp 242,76 triliun.
ADVERTISEMENT
Selain valuasi, GoTo juga menyatakan keduanya memiliki Gross Transaction Value (GTV) senilai lebih dari USD 22 miliar pada tahun 2020 atau setara Rp 319 triliun. Adapun GTV bisa diartikan sebagai total penjualan serta volume transaksi yang terjadi dalam e-commerce. Bagi perusahaan e-commerce, GTV juga bisa diartikan sebagai pendapatan.
Namun baik Gojek ataupun Tokopedia selama ini tidak pernah merinci secara detail tentang pendapatan mereka. Terlebih tentang cuan yang sudah diraup dua startup tersebut.
Di sisi lain, banyak pihak yang masih ragu keduanya sudah mencetak laba. Alih-alih membukukan untung, dua perusahaan ini sering disebut rajin “bakar duit” alias masih merugi.
Lalu bagaimana kinerja riil keduanya?
Dalam catatan kumparan di 2018 lalu, CEO sekaligus pendiri Go-Jek, Nadiem Makarim kala itu mengaku bahwa dalam bidang transportasi, GoJek masih jauh dari untung. Namun, lini bisnis lainnya diklaim sudah mulai mendekati profit.
ADVERTISEMENT
"Kami melihat adanya daya tarik besar, baik online maupun offline, bagi semua bisnis kami dan juga bahwa kami semakin dekat untuk mendapatkan profit dari semua bisnis kecuali transportasi," ujar Nadiem.
Dia saat itu cukup optimistis bahwa dalam beberapa tahun ke depan, GoJek memiliki kemungkinan untuk benar-benar menjadi perusahaan yang menghasilkan profit.
Dua tahun berselang, atau setelah beroperasi selama satu dekade, unicorn Gojek mengaku semakin mantap menciptakan model bisnis berkelanjutan dan menguntungkan.
Co-CEO Gojek, Kevin Aluwi, pada akhir 2020 lalu mengaku kinerja bisnis Gojek semakin kuat didukung oleh inovasi produk, automasi yang mendorong efisiensi, serta peningkatan performa aplikasi.
"Pencapaian ini kami raih lewat 3 aplikasi super, yakni aplikasi konsumen, aplikasi mitra pengemudi, dan aplikasi mitra penjual,” ujar Kevin.
ADVERTISEMENT
Begitu pula dengan Tokopedia. Pada 2019 mengaku belum membukukan profit. Bahkan di tahun tersebut baru menargetkan bisa mencapai break even point di 2020.
Saat itu, gross merchandise value (GMV) Tokopedia baru dikisaran USD 5 miliar dan diharapkan tumbuh tiga kali lipat menjadi USD 16 miliar.
"Di tahun ke 10 ini, Tokopedia fokus untuk terus bertransformasi menjadi super ecosystem. Sebuah infrastruktur menyeluruh yang bisa mempermudah masyarakat lewat kolaborasi dengan berbagai mitra strategis demi mewujudkan pemerataan ekonomi secara digital di Indonesia," ujar Co-Founder Tokopedia Leontinus Alpha Edison.
Saat itu Leontinus mengaku pihaknya mulai melakukan tata kelola yang lebih baik bahkan mendapuk ex gubernur BI Agus Martowardojo sebagai Komisaris Utama Tokopedia.
Meski kinerja riil keduanya masih menjadi teka-teki, bergabungnya dua startup ini dinilai akan menjadi game changer bagi jagat perusahaan teknologi. Lahirnya GoTo tak bisa dipungkiri akan menciptakan integrasi ekosistem yang lengkap antara logistik, jasa keuangan, dan e-commerce.
ADVERTISEMENT