Mau Cuan Besar dari Investasi Saham? Yuk Belajar dari Lo Kheng Hong

26 Juni 2021 15:24 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi investasi di pasar saham. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi investasi di pasar saham. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Setiap investor memiliki gaya dan trik tersendiri dalam berinvestasi di pasar modal, begitu pula dengan Lo Kheng Hong, investor kawakan yang dijuluki Warren Buffett-nya Indonesia. Ia mengaku memiliki beberapa pertimbangan sebelum akhirnya memutuskan untuk membeli saham sebuah perusahaan.
ADVERTISEMENT
Faktor pertimbangan yang paling utama menurut Lo, bukan Price to Earnings Ratio (PER) atau Price To Book Value (PBV). Justru menurut Lo faktor paling utama adalah tata kelola atau karakter perusahaan.
“PER dan PBV itu nomor satu atau tata kelola nomor satu? Saya selalu menomorsatukan tata kelola. Tata kelola nomor satu. Itu enggak bisa dibalik,” ujar Lo dalam Indonesia Investor Summit 2021, Sabtu (26/6).
Lo Kheng Hong, investor perseorangan di bursa saham yang dijuluki Warren Buffett-nya Indonesia. Foto: Dok. SBM ITB
Lo mengibaratkan memilih saham itu sama seperti saat bank memutuskan akan memberikan pinjaman pada debitur. Saat ada nasabah mengajukan kredit, bank biasanya akan menilai dari 5C yaitu character, capacity, capital, condition, dan collateral.
“Nah rumus 5C, C yang pertama itu apa? Character. Nah karakter nomor satu. Kalau nomor satu udah enggak memenuhi syarat, enggak bisa,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Begitu juga saat investor hendak membeli saham perusahaan publik, maka karakter perseroan harus dipertimbangkan. Seperti karakter manajemen bahkan hingga karakter dari si pemilik perusahaan juga perlu dipelajari. “Itu segalanya. Meskipun PER rendah, PBV rendah, tapi karakter buruk, dicoret,” ujarnya.
Selanjutnya apabila investor sudah yakin dengan karakter perusahaan maka langkah selanjutnya adalah melihat PER dan PBV. Lo menegaskan bahwa dia selalu membeli saham yang memiliki valuasi murah. Dalam istilah Lo, dia akan membeli saham yang harganya salah, yaitu di bawah harga wajar. “Istilahnya beli Mercy harga Avanza,” ujarnya.
Namun tidak berhenti mempertimbangkan PER dan PBV saja, Lo juga mengimbau agar investor tak malas membedah laporan keuangan perusahaan. Menurutnya, cara tersebut sudah dia lakukan selama puluhan tahun.
ADVERTISEMENT
“Itu (PER dan PBV) hanya pembuka. Kalau itu kondisi sudah menarik baru saya mendalami laporan keuangannya. Satu-satu saya lihat,” tutupnya.