Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
"Proposisi pendapatan kami sebagian besar disumbangkan oleh bahan bakar fosil lebih dari 95 persen," kata Emma dalam AIPF Day 2 di Hotel Mulia, Rabu (6/9).
Meski begitu, Pertamina memastikan, ke depan bisnisnya akan didorong oleh energi baru terbarukan (EBT). Menurut dia, perusahaan mencoba menempatkan lebih banyak alokasi dalam bentuk CAPEX untuk meningkatkan investasi di bidang energi terbarukan.
Emma menjelaskan, saat ini kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi milik Pertamina baru berkapasitas 700 megawatt. Untuk mencapai kapasitas maksimum 1,8 gigawatt, Pertamina memerlukan waktu 5 tahun.
Pertamina sendiri sudah membuktikan komitmennya dalam pengembangan bisnis EBT dengan menjalin kerja sama dengan berbagai mitra strategis. Kerja sama tersebut dikukuhkan melalui penandatanganan sembilan Memorandum of Understanding (MoU).
ADVERTISEMENT
Kesembilan MoU tersebut masing-masing dilaksanakan oleh PT Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE) sebanyak 5 MoU, PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) Tbk sebanyak 3 MoU, dan Fungsi Research Technology and Innovation (RTI) Pertamina sebanyak 1 MoU.
Penandatanganan MoU tersebut berlangsung saat acara The 11th Indonesia Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi Conference & Exhibition (EBTKE ConEx), bertempat di ICE BSD City, Tangerang, Banten, Rabu (12/7).
Hadir dalam kesempatan ini Menteri ESDM Arifin Tasrif, Direktur Logistik & Infrastruktur Pertamina Alfian Nasution, Senior Vice President (SVP) Research Technology and Innovation (RTI) Pertamina Oki Muraza, Direktur Utama PT Pertamina New and Renewable Energy (NRE) Dannif Danusaputro, Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga Riva Siahaan, dan Direktur Utama Pertamina Geothermal Energy (PGE) Tbk, Julfi Hadi.
ADVERTISEMENT
Untuk Pertamina NRE, penandatanganan MoU yang dilaksanakan antara lain, pemanfaatan Energi Baru Terbarukan (EBT) di lingkungan Stasiun Kereta Cepat Jakarta ke Bandung (KCJB) dengan PT KCIC dan MoU Green Ventures Investment Platform dengan MDI Ventures.
Selain itu Pertamina NRE juga menandatangani MoU Ammonia Hijau menggunakan Energi Nuklir dengan Chargé d'Affaires Embassy of Kingdom of Denmark dan MoU kerja sama terkait Pemanfaatan Jalur Pipa untuk Transportasi Hydrogen ke Singapura dengan PT Transportasi Gas Indonesia.
Sedangkan sebagai sinergi antar Pertamina Grup, Pertamina NRE juga melaksanakan MoU terkait komersialisasi Carbon pada Produksi Listrik Bisnis Geothermal setara 40 MW dengan PT Pertamina Patra Niaga dan PT Pertamina Geothermal Energy Tbk.
MoU yang dilakukan PGE antara lain Pengembangan Wilayah Kerja Panas Bumi Seulawah 2x55 MW dengan PT Pembangunan Aceh (PEMA), MoU South Sumatera Grid Resources Confirmation berkapasitas mencapai 900 MW dengan Chevron New Energy International Pte Ltd dan MoU Binary Technology 210 MW dengan KS Orka Renewables Pte. Ltd.
ADVERTISEMENT
Sementara untuk Fungsi Research Technology and Innovation (RTI) melaksanakan MoU dengan Mitsui & CO, terkait dengan Implementasi Teknologi Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS) di area Sumatra Tengah.
Direktur Utama PT Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE) Dannif Danusaputro menuturkan bahwa kerja sama yang akan dibangun melalui MoU tersebut adalah untuk pengembangan teknologi, pengembangan bisnis dan juga aplikasi renewable energy. Baik dalam bentuk project maupun kerja sama jangka panjang dengan dilakukan kajian terlebih dahulu.
“Ini untuk mempercepat akselerasi renewable energy atau potensi bisnis baru Pertamina. Salah satu pilar untuk dekarbonisasi dari NZE road map Pertamina adalah bagaimana kita bisa menciptakan bisnis-bisnis baru, bisnis yang berbasis energi dari renewable energy,” jelas Dannif.
ADVERTISEMENT