MBMA Gunakan 53 Persen Dana IPO untuk Bayar Utang per Mei 2023

30 Juni 2023 18:08 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Direksi PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) bersama pemegang saham Boy Thohir dalam seremoni pencatatan saham (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (18/4/2023). Foto: Dok. BEI
zoom-in-whitePerbesar
Direksi PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) bersama pemegang saham Boy Thohir dalam seremoni pencatatan saham (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (18/4/2023). Foto: Dok. BEI
ADVERTISEMENT
Emiten produsen baterai kendaraan listrik, PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA), melaporkan telah menggunakan 53 persen dana hasil penawaran umum perdana saham perdana ke publik (initial public offering/IPO) untuk membayar utang per akhir Mei 2023.
ADVERTISEMENT
Realisasi dana IPO tersebut disampaikan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) perdana MBMA setelah IPO hari ini, Jumat (30/6). Selain itu, RUPST perseroan juga menyetujui pengangkatan Andrew Phillip Starkey sebagai direktur baru.
Presiden Direktur MBMA, Devin Ridwan, mengatakan dana IPO yang telah digunakan untuk pembayaran lebih awal seluruh pokok utang kepada PT Merdeka Copper Gold Tbk dan ING Bank N.V., cabang Singapura masing-masing sebesar USD 225 juta dan USD 75 juta atau setara dengan Rp 4,46 triliun.
Dana IPO lainnya digunakan untuk modal kerja perseroan seperti biaya karyawan, biaya jasa profesional dan biaya keuangan, dan membiayai modal kerja entitas anak perseroan PT Zhao Hui Nickel (ZHN), seperti pembelian bahan baku utama, bahan baku pembantu, biaya listrik, serta biaya karyawan.
ADVERTISEMENT
Para pemegang saham MBMA juga menyetujui penggunaan laba bersih tahun buku 2022 yang mayoritas dialokasikan untuk memperkuat modal perusahaan. Pada tahun 2022, MBMA mencatat pendapatan sebesar USD 455,74 juta dengan laba tahun berjalan senilai USD 37,85 juta. Per 31 Desember 2022, total aset perusahaan telah mencapai sebesar USD 2,42 miliar.
Proyeksi Bisnis MBMA di 2023
Devin optimistis kinerja MBMA akan bertumbuh positif pada tahun 2023. Peningkatan pendapatan diproyeksikan akan berasal dari beroperasinya pabrik smelter Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) ZHN yang memiliki target kapasitas terpasang 50.000 ton Ni dalam bentuk Nickel Pig Iron (NPI) per tahun.
Selain itu, ada pula proyek AIM dan PT Huaneng Metal Industry (HNMI), fasilitas konversi high-grade nickel matte (HGNM), yang 60 persen sahamnya baru saja diakuisisi oleh Perseroan.
ADVERTISEMENT
"Berbagai rencana bisnis telah berhasil dijalankan dengan baik, terutama akuisisi atas proyek ekspansi hilir dan proses pembangunan smelter RKEF baru, sehingga akan meningkatkan potensi pendapatan MBMA tahun ini," ujarnya melalui keterangan resmi, Jumat (30/6).
Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA), Jumat (30/6/2023). Foto: Dok. MBMA
Devin melanjutkan, Smelter RKEF ZHN dan proyek AIM diharapkan proses pembangunannya rampung pada semester II tahun 2023. Adapun HNMI akan menghasilkan HGNM yang mengandung lebih dari 70 persen nikel dengan memproses low-grade nickel matte yang di produksi smelter RKEF.
Adapun nikel matte merupakan bahan baku utama untuk prekursor baterai dan Nikel Kelas 1. HNMI saat ini telah beroperasi komersial dan diharapkan akan mulai memberikan kontribusi positif terhadap pendapatan MBMA di semester kedua tahun 2023.
Dia menambahkan, pada tahun 2022, sumber pendapatan utama MBMA berasal dari penjualan NPI ke pasar luar negeri serta domestik, masing-masing sebesar USD 270,33 juta dan USD 185,4 juta.
ADVERTISEMENT
Produksi NPI tersebut berasal dari smelter RKEF milik PT Cahaya Smelter Indonesia dan PT Bukit Smelter Indonesia yang masing-masing memiliki kapasitas terpasang 19.000 ton Ni dalam bentuk NPI per tahun. Sehingga dengan beroperasinya smelter RKEF ZHN, maka total kapasitas terpasang yang dimiliki MBMA akan mencapai 88.000 ton Ni per tahun.
"Dengan dukungan cadangan bahan baku nikel yang merupakan salah satu yang terbesar di dunia, MBMA akan terus fokus untuk mengoptimalkan setiap peluang dalam bisnis hilirisasi dan rantai nilai baterai kendaraan bermotor listrik yang juga menjadi komitmen Pemerintah Indonesia," tutup Devin.