Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
Mega Perintis Akan Gunakan Dana Hasil IPO untuk Bangun 20 Toko
19 November 2018 13:54 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
ADVERTISEMENT
PT Mega Perintis Tbk akan melakukan Initial Public Offering (IPO ) dengan menjual 230 juta lembar saham. Dana yang ditargetkan terkumpul senilai Rp 57 miliar hingga Rp 69 miliar dengan harga per lembar sahamnya Rp 250-300.
ADVERTISEMENT
Direktur Utama Mega Perintis, FX Afat Adinata Nursalim, mengatakan dana yang terkumpul akan digunakan untuk ekspansi bisnis perusahaan seperti penambahan gerai toko mereka. Menurut dia, perseroan akan membangun 20 toko fisik baru.
"Perkiraan pertumbuhan 20 gerai (pada 2019). Biayanya sekitar Rp 30 miliar," kata Afat usai konferensi pers di Thamrin Nine, Jakarta, Senin (19/11).
Afat menegaskan, dana yang dikeluarkan untuk membangun 20 toko baru itu tidak akan semuanya diambil dari dana hasil IPO . Sebagian berasal dari uang kas perusahaan.
Dia menjelaskan, perusahaan tetap membangun toko-toko secara fisik meski gempuran belanja online makin banyak. Puluhan toko ini berada di dalam mal atau departement store. Alasannya, hingga saat ini mayoritas masyarakat masih senang belanja ke mal dibandingkan datang ke tokok itu sendiri.
ADVERTISEMENT
"20 toko itu akan kami bangun di Bandung, di Jakarta ada di Pusat, Selatan, dan Utara. Ada juga di Semarang. Selebihnya di Balikpapan, Batam, dan Makassar," lanjutnya.
Hingga 2018, total toko yang dibangun perusahaan mencapai 573 store di seluruh Indonesia yang terdiri dari 107 onstore (toko terpisah sendiri), sementara sisanya berada di dalam mal atau Departement Store seperti Matahari yang sebagian besar ada di Jawa.
Selain akan membangun puluhan toko baru, Afat menjelaskan perusahaan juga akan mengembangkan platform e-commerce. Pengembangannya dalam bentuk customer online experience.
Jadi dalam beberapa toko fisik yang dibangun terhubung dengan layanan online. Setiap pembeli yang hendak mencari pakaian, bisa mencobanya di fitur online. Untuk membangun layanan ini beserta platform-nya membutuhkan dana sekitar Rp 40 juta per layar.
ADVERTISEMENT
"Kenapa tetap bangun toko? Sebenarnya perkembangan online ini bukan ancaman tapi jadi peluang karena kami lakukan hybrid offline dan online. Sekarang sudah di 3 lokasi sebagai online experience, misalnya di Gandaria City dan Depok. Kami juga hadir di Marketplace. Jadi ini channel baru," kata Afat lagi.
Pada 2019, perusahaan menargetkan pendapatan naik 14 persen menjadi sekitar Rp 507 miliar. Adapun target pendapatan hingga akhir tahun ini sekitar Rp 444 miliar. Untuk proyeksi net profitnya sendiri pada 2019 senilai Rp 35 miliar dan akhir tahun ini Rp 42,5 miliar.
Afat menjelaskan, sejauh ini pergerakan dolar AS tidak terpengaruh pada kinerja perusahaan. Sebab selama ini bahan baku pabrik yang berasal dari lokal dan impor sama besarnya. Perusahaan juga melakukan efisiensi produksi sehingga tidak bergantung pada strategi diskon.
ADVERTISEMENT
Untuk menghadapi persaingan dengan merek lokal dan asing lainnya yang ada di Indonesia, Afat menuturkan akan fokus pada layanan penjualan kebutuhan pakaian lengkap bagi pria di satu tempat. Menurut dia, pria rata-rata tidak suka window shopping, karena itu mereka menyediakan berbagai kebutuhan dalam satu toko.
"Yang kami lakukan ada fokus utamanya Manzone jadi one stop connect. Kami bikin position seperti itu sehingga siapkan kebutuhan karena pria enggak suka window shopping. Jadi bisa memenuhi kebutuhan. Dari berbagai usia sampai asesoris. Strategi lainnya kami pun lakukan hybrid offline ke online," ucapnya.