Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Melek Investasi, Kena PHK, hingga Terjerat Judol Jadi Faktor Simpanan Bank Turun
8 Desember 2024 12:15 WIB
·
waktu baca 5 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Berdasarkan Laporan Uang Beredar BI untuk Oktober 2024, jumlah DPK yang tercatat adalah Rp 8.460,6 triliun atau tumbuh 6,0 persen year on year (yoy). Pertumbuhan ini menurun jika dibandingkan pertumbuhan pada bulan September 2024 di 6,7 persen yoy.
Dalam hal ini jenis simpanan yang mengalami penurunan pertumbuhan adalah giro dan simpanan berjangka. Pertumbuhan giro pada bulan Oktober 2024 hanya tumbuh 5,5 persen yoy, ada di bawah angka pertumbuhan September 2024 di 8,0 persen yoy. Sedangkan untuk simpanan berjangka, pertumbuhan pada Oktober 2024 adalah 5,1 persen yoy, turun dari bulan sebelumnya di angka 5,3 persen.
Sementara itu untuk tabungan justru ada peningkatan dari 7,2 persen yoy pada September 2024 menjadi 7,4 persen yoy di Oktober 2024.
ADVERTISEMENT
Simpanan Beralih ke Rekening Investasi
Perencana keuangan Andy Nugroho menyebut fenomena ini bisa saja disebabkan oleh semakin terbukanya masyarakat terhadap investasi di pasar modal. Hal ini juga selaras dengan peningkatan jumlah investor di pasar modal pada Oktober 2024.
Berdasarkan catatan PT Bursa Efek Indonesia (BEI) per 3 Oktober 2024 jumlah investor pasar modal di Indonesia telah melampaui 14 juta single investor identification (SID) tepatnya sejumlah 14.001.651 SID, tumbuh 1.833.590 SID baru dibanding posisi di akhir tahun lalu sebesar 12.168.061 SID.
“Pertama bila merujuk pada data yang dikeluarkan oleh PT. Bursa Efek Indonesia, di mana per 3 oktober 2024 jumlah investor di pasar modal naik 15,07 persen secara year on year dibandingkan per 31 Desember 2023. Hal ini tentu menjadi hal yang menggembirakan, berarti kita bisa berasumsi bahwa masyarakat Indonesia sudah makin terbuka dan melek akan investasi di pasar modal,” kata Andy kepada kumparan, Kamis (28/11).
ADVERTISEMENT
Jika asumsi ini benar, menurutnya turunnya pertumbuhan simpanan disebabkan dana yang ada di rekening bank sudah beralih ke rekening investasi.
“Bila kemungkinan pertama ini benar, berarti jumlah uang tabungan yang menurun tersebut disebabkan oleh pengalihan dana mengendap yang selama ini berada di rekening bank, beralih ke rekening investasi, dan hal ini tentu merupakan suatu hal yang baik dan positif,” lanjutnya.
Akibat PHK hingga Judol
Andy juga membuka kemungkinan lain yaitu jumlah simpanan di rekening bank bisa saja turun karena berkurang akibat penggunaan masyarakat dalam kebutuhan sehari-hari. Hal ini bisa disebabkan oleh gaji atau penghasilan yang tidak cukup untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari yang semakin mahal.
“Uang nasabah yang berada di rekening pelan-pelan mulai berkurang karena digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hal ini bisa dikarenakan uang gaji/ penghasilan yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mengingat harga-harga juga semakin mahal,” kata Andy.
ADVERTISEMENT
Selain itu, hal ini juga berkaitan dengan maraknya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK ) yang terjadi. Dalam catatan kumparan, per 28 Oktober 2024, hampir 60.000 pekerja di Indonesia kena PHK.
“Apalagi bila tenaga kerja yang terkena PHK ini tidak segera bisa mendapatkan pekerjaan dan penghasilan baru, maka uang pesangon mereka akan segera habis dan solusinya adalah mereka harus menggunakan uang tabungan yang ada di rekening mereka,” lanjutnya.
Andy juga membuka kemungkinan penurunan simpanan terjadi akibat judi online (judol ). Dalam hal ini, kumparan juga pernah mencatat Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) Ivan Yustiavandana mengungkap perputaran uang judi online di Indonesia periode Januari-Juni 2024 mencapai Rp 13,2 triliun.
“Jadi karena sudah kecanduan berjudi, maka mereka rela untuk membobol tabungannya demi memuaskan hasrat berjudinya,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Selaras dengan Andy, perencana keuangan Mike Rini Sutikno juga menyebut gelombang PHK yang terjadi juga dapat membuat masyarakat menggunakan simpanan di bank untuk memenuhi kebutuhan.
“Kondisi ekonomi yang turun ditandai dengan gelombang PHK, menyebabkan masyarakat menggunakan simpanannya di bank untuk bertahan hidup,” jelasnya.
Selain PHK, Mike juga melihat gejolak ekonomi yang terjadi turut mempengaruhi lonjakan suku bunga bank, menurunnya nilai tukar dan melonjaknya harga emas. BI mencatat Pada Oktober 2024, suku bunga kredit turun, sementara suku bunga simpanan cenderung meningkat.
Rata-rata tertimbang suku bunga kredit pada Oktober 2024 sebesar 9,16 persen, turun dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 9,24 persen. Sementara itu, suku bunga simpanan berjangka meningkat pada tenor 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan, masing-masing sebesar 5,53 persen, 5,58 persen, dan 5,92 persen pada Oktober 2024, setelah pada September 2024 masing-masing tercatat sebesar 5,52 persen, 5,55 persen, dan 5,89 persen.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, suku bunga simpanan tenor 1 dan 24 bulan tercatat masing-masing sebesar 4,75 dan 4,29 persen turun dibandingkan September 2024 sebesar 4,77 persen dan 4,34 persen.
Menurut Mike, jika kondisi ekonomi membaik dengan ditandai suku bunga bank yang stabil maka masyarakat bisa saja mencari keuntungan yang lebih tinggi dengan memberi obligasi, reksa dana, saham sampai crowdfunding.
“Dalam kondisi ekonomi yang membaik di mana suku bunga bank stabil, masyarakat mulai mencari alternatif investasi yang bisa memberikan keuntungan lebih tinggi dari simpanan bank, ini bisa mendorong masyarakat untuk mencairkan dananya di bank untuk membeli Obligasi (ORI), reksa dana dan saham, bahkan mulai mencoba investasi melalui platform fintech seperti crowdfunding,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Ia tidak menutup kemungkinan kenaikan pertumbuhan dana investasi dapat bertumbuh dengan dana yang berasal dari simpanan masyarakat di bank. Menurutnya, masyarakat juga semakin melek investasi.
“Jika terjadi tren kenaikan pertumbuhan dana investasi pada investasi yang saya sebutkan ini bisa jadi dananya berasal dari simpanan masyarakat di bank. Tren kenaikan pertumbuhan investasi ini memperlihatkan masyarakat semakin melek investasi,” pungkasnya.