Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
ADVERTISEMENT
Peringatan Hari Batik Nasional di Istana Mangkunegaran, Surakarta, Jawa Tengah diisi dengan pameran koleksi batik bersejarah yang dimiliki Indonesia. Batik-batik tersebut ada yang dibuat pada era kolonialisme Belanda hingga saat Presiden Soekarno memimpin Indonesia.
ADVERTISEMENT
Batik pertama yang menarik beberapa pengunjung di sana adalah batik-batik Belanda yang diproduksi sekitar tahun 1840-1940. Kata Afif, penjaga stan koleksi batik bersejarah tersebut, batik-batik ini buatan tangan-tangan orang Indonesia yang dipekerjakan oleh wanita Indo-Belanda.
Corak yang dibuat noni-noni Belanda ini bukan lah seperti batik Solo dengan warna tanah yang kalem. Batik ukiran noni-noni Belanda ini justru memainkan warna-warna cerah karena berada di daerah pesisir pantai.
"Coraknya pun bercerita tentang rangkaian bunga dan dedaunan dengan tema dongeng Eropa seperti Putri Salju atau Hanzel and Gretel," kata Afif kepada kumparan di area pameran, Rabu (2/10).
Pelopor pembuatan batik khas Belanda ini adalah Catharina Carolina van Oosterom dan Carolina Josephina von Franquemont. Metzelar dan Zuylen yang mengisahkan Putri Salju dan Hanzel and Gretel menjadi karya batik paling terkenal kala itu.
ADVERTISEMENT
Produksi batik Belanda biasanya berupa sarung dan hanya dipakai di kalangan mereka. Noni-noni Belanda kepincut bikin batik karena melihat batik asli rakyat jajahannya.
"Pembuatan batik Belanda berakhir sekitar tahun 1940 menjelang kedatangan tentara Jepang di Indonesia," jelas Afif.
Di booth ini juga dipamerkan batik-batik yang dibuat di era Presiden Soekarno memimpin antara tahun 1955 hingga 1965. Batik-batik ini, kata dia, memiliki sejarah sendiri.
Batik-batik yang diproduksi tahun tersebut merupakan perpaduan warna dari batik Belanda yang cerah dengan batik khas Indonesia, khususnya Jawa yang cenderung berwarna kalem.
Permainan warna ini diakui Afif merupakan gagasan dari Soekarno langsung agar bisa menyatukan dua bangsa. Coraknya beragam mulai dari sayap burung Garuda hingga parang kusumo yang diambil dari beberapa daerah di Indonesia.
ADVERTISEMENT
"Jadi Pak Karno punya semangat persatuan dan keberagaman antarsuku juga," katanya.
Seniman dan pengusaha batik corak tersebut dulunya digagas antara lain oleh KPH Hardjonagoro, Bintang Soedibjo, Sakri, dan Danar Hadi.
Afif menjelaskan bahwa batik-batik lawas kaya sejarah ini tersimpan di Museum Batik Danar Hadi. Karena usia kainnya yang sudah uzur, perawatannya pun perlu ekstra khusus.
Di museum, batik-batik lawas ini harus disimpan bersamaan dengan bunga melati dan merica. Bunga-bunga diberikan agar keharuman batik tetap terjaga dan bubuk merica yang bisa menyerap bakteri perusak kain.