Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Nama perusahaan penyedia layanan wifi on board, PT Mahata Aero Teknologi banyak disebut dalam pemberitaan akhir-akhir ini. Penyebabnya adalah dua Komisaris PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) Chairal Tanjung dan Doni Oskaria mempertanyakan transaksi perseroan dengan perusahaan itu.
ADVERTISEMENT
Adapun kantor Mahata Aero Teknologi terletak di Lantai 9 Prosperity Tower, Kawasan SCBD, Jakarta Pusat. Untuk menuju kantor Mahata Aero Teknologi, pengunjung harus terlebih dulu meninggalkan identitas di lobi Prosperity Tower untuk memperoleh akses ke lantai 9.
Saat kumparan tiba di lantai 9, suasana perkantoran tak terasa. Penyebabnya ialah tidak banyak orang terlihat berlalu lalang. Pun di lantai itu terdapat 2 kantor yang sama-sama berukuran tak terlalu besar, yakni kantor PT Mahata Aero Teknologi dan sebuah kantor notaris.
Untuk bisa masuk ke dalam kantor Mahata Aero Teknologi, resepsionis harus terlebih dulu memberi izin untuk masuk. Sebab untuk masuk ke kantor itu, diperlukan sidik jari pegawai, atau resepsionis harus membuka pintu masuk perusahaan melalui tombol yang ada di meja penerimaan tamu.
Berdasar pantauan, kumparan hanya melihat tak lebih dari 3 pegawai yang lalu lalang di dalam kantor tersebut. Pun saat menyampaikan tujuan kedatangan adalah untuk mewawancarai direksi, kumparan langsung diarahkan resepsionis untuk masuk ruang tunggu tanpa boleh memotret.
ADVERTISEMENT
"Saya panggilkan dulu sekretaris, tunggu sebentar," ucap resepsionis itu kepada kumparan, Selasa (30/4).
Sekitar 5 menit berselang, Staf Administrasi Mahata Aero Teknologi Yasmin Shabri menjelaskan, direksi sedang tidak ada di tempat. Menurutnya, pejabat teras perusahaan itu merupakan perokok, sehingga rapat yang digelar banyak diadakan di luar kantor. Menengok Prosperity Tower merupakan gedung yang tak menyediakan area merokok bagi penghuninya.
"Direksi kami merokok, meeting-meeting lebih banyak di luar. Sekarang ini banyak pegawai yang sedang ada di luar. Direksi paling rapat sebulan sekali di sini, tapi untuk bulan ini kami masih belum tahu kapan," paparnya.
Saat disinggung mengenai transaksi perusahaan dengan Garuda Indonesia Group, dia mengaku telah mengetahui. Namun Yasmin mengaku tak berwenang untuk berbicara mengenai kasus itu. Dia pun kemudian memberikan emailnya agar kumparan membuat janji wawancara dengan direksi.
ADVERTISEMENT
Adapun transaksi yang dipermasalahkan 2 komisaris Garuda Indonesia ialah tentang kontrak pemasangan wifi on board yang ditandatangani Desember 2019 sebesar USD 239,94 juta dan USD 28 juta yang didapatkan dari bagi hasil dengan Sriwijaya Air. Kedua komisaris itu protes karena uang dari kontrak itu belum diperoleh, namun sudah dicatatkan dalam pendapatan di laporan keuangan Garuda tahun 2018.