Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Melihat Proses Pengolahan Nikel di Tambang Terbesar RI
4 Juli 2018 7:25 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
ADVERTISEMENT
Dari ponsel sampai pesawat terbang, dari struktur bangunan sampai uang logam, tanpa disadari ternyata terdapat kandungan nikel di dalamnya. Nikel merupakan material yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Di Indonesia, Pulau Sulawesi dikenal sebagai surga nikel. Sebab tanah di hampir seluruh wilayahnya mengandung unsur nikel. Salah satu perusahaan tambang nikel terbesar di Indonesia, PT Vale Indonesia Tbk juga berbasis di Sorowako, Luwu Timur, Sulawesi Selatan.
Perusahaan ini memproduksi nikel matte, salah satu jenis nikel yang bentuknya seperti pasir. Produk tersebut memiliki unsur nikel sebanyak 78%, cobalt 1%, sulfur 20%, serta material lainnya 1%.
“Bedanya dengan feronikel, namanya aja fero, berarti dia punya kadar besi yang lebih banyak. Kalau yang kami produksi nikel matte itu lebih murni,” ungkap Senior Manager of Communications PT Vale Indonesia Budi Handoko di Sorowako, Sulawesi Selatan, Selasa (3/7).
Lalu bagaimana cara pengolahan nikel? Berikut tahapannya:
ADVERTISEMENT
Pertama adalah tahap Land Clearing, yaitu membersihkan lokasi tambang dari tumbuhan. Kedua, Stripping yaitu mengelupas lapisan tanah penutup. Lapisan tanah penutup tersebut dibawa ke penampungan untuk menambah lahan purnatambang. Lapisan penutup yang dibuka mempunyai kedalaman 5-10 meter bergantung kondisi tanah.
Setelah lapisan tanah penutup terbuka maka tampak bijih nikel dengan kadar sedang dan tinggi. Tahap ini disebut Ore Mining. Selanjutnya bijih nikel kadar tinggi diangkut ke screening station. Di tahap Screening Station, bijih nikel disaring sesuai ukuran yang diminta pabrik pengolahan.
Selanjutnya tahap Stockpile, yaitu tempat penampungan sementara ore sekaligus mengurangi kadar air sebelum diolah ke pabrik. Setelah itu ore dari stockpile diangkut ke apron feeder, lalu dipindahkan lagi ke Dryer alias tempat penguapan sebagian kandungan air dari biji basah. “PTVI punya 3 dryer sekaligus ruang pembakaran. Temperaturnya 900 derajat celcius,” ujar Budi.
ADVERTISEMENT
Ore yang sudah kering ditampung di Dry Ore Storage. Tahap selanjutnya adalah Reduction Kiln, yaitu menghilangkan kandungan air bebas dan air kristal serta mereduksi nikel oksida menjadi nikel logam. Hasil akhir dari proses ini disebut kalsin yang bertemperatur 700 derajat celcius. Di PTVI, terdapat 5 kiln.
Kemudian masuk ke tahap Furnace, yaitu menghilangkan air yang tersisa, melebur kalsin menjadi nikel matte dan terak besi (slag). Tahap ini juga bertujuan memisahkan slag serta mengeluarkan matte. Temperatur matte sekitar 1.300 derajat celcius dan slag sekitar 1.500 derajat celcius.
Lalu selanjutnya adalah Converter. Pada tahap ini kadar matte ditingkatkan hingga 78%. Setelah itu disemprot dengan air bertekanan tinggi hingga berbentuk butir-butiran nikel matte disaring dan siap dikemas. Tahap terakhir yaitu Packaging. Setiap kantong berisi tiga ton nikel matte.
ADVERTISEMENT
“Produk diangkut Pelabuhan ke Pelabuhan Balantang, lalu dibawa kapal pengangkut ke Jepang,” jelas Budi.
Meski tahap pengolahan nikel selesai, namun menurut Budi, perusahaan tetap bertanggung jawab terhadap lahan purnatambang. Untuk itu lahan bekas tambang akan kembali dihijaukan. “Kami punya nursery yang memiliki bibit-bibit dari tanaman endemik di sini. Setelah proses penambangan selesai, kami lakukan penghijauan kembali,” tutup Budi.