Tahun 2007, Edo luntang-lantung mencari pekerjaan. Dia mengikuti berbagai seminar untuk mencari jalan menuju makmur. Pada seminar-seminar itulah Edo mulai berkenalan dengan ilmu perdagangan valuta asing (valas) atau yang biasa disebut foreign exchange (forex).
Tak tanggung-tanggung, Edo merogoh kocek Rp 8–10 juta untuk sekali seminar demi bisa menguasai transaksi valas. Sayangnya, meski puluhan juta rupiah duitnya habis untuk menggeluti perdagangan mata uang asing, Edo masih gagal.
Penyebabnya, mentor-mentornya seperti sengaja tak membimbingnya step by step. Alhasil, tarif mahal seminar tak serta-merta menjamin transfer ilmu berlangsung mulus ke peserta.
Lanjut membaca konten eksklusif ini dengan berlangganan
Keuntungan berlangganan kumparanPLUS
Ribuan konten eksklusif dari kreator terbaik
Bebas iklan mengganggu
Berlangganan ke newsletters kumparanPLUS
Gratis akses ke event spesial kumparan
Bebas akses di web dan aplikasi
Kendala berlangganan hubungi [email protected] atau whatsapp +6281295655814