Menangani Listrik Pulau Komodo Berawal dari Kepandaian Mengaji

29 Maret 2018 9:47 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mesin diesel di PLTD Pulau Komodo. (Foto:  Ema Fitriyani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Mesin diesel di PLTD Pulau Komodo. (Foto: Ema Fitriyani/kumparan)
ADVERTISEMENT
Rumah-rumah di Pulau Komodo, Nusa Tenggara Timur, tak lagi gelap gulita di malam hari. Sejak 2017 lalu, PT PLN (Persero) telah mendirikan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) di pulau ini.
ADVERTISEMENT
PLTD berkapasitas 205 kilowatt itu, menyalurkan listrik ke sekitar 400 rumah warga di Pulau Komodo. Pasokan listrik ke rumah warga memang belum bisa berjalan 24 jam, tapi setidaknya sejak pukul 18.00-06.00 dalam setiap harinya, warga bisa mendapatkan penerangan.
Untuk mengurusi PLTD tersebut, PLN menempatkan lima teknisi di Pulau Komodo. Uniknya, tak semua teknisi muda tersebut memiliki latar belakang pendidikan kelistrikan. Sebut saja Ma’aruf Adiatma. Warga asli Pulau Komodo itu merupakan lulusan dari Madrasah Aliyah (MA).
Tak ada ilmu kelistrikan yang dia miliki sebelumnya. Sebagai lulusan Aliyah, dia lebih pandai mengaji ketimbang mengurusi setrum. Saat pertama bergabung ke PLTD pun, tak banyak yang dia ketahui soal mesin diesel yang akan menerangi kampungnya ini.
ADVERTISEMENT
“Awalnya susah, istilah-istilah listriknya juga rumit. Tapi kita tertantang. Masak orang lain bisa, kita enggak bisa sih,” tutur Ma’aruf saat dijumpai kumparan (kumparan.com), Kamis (29/3). Setelah mendapat pelatihan singkat dan supervisi dari atasannya, Ma’aruf semakin piawai mengurusi setrum.
Anak-anak muda teknisi di PLTD Pulau Komodo (Foto:  Ema Fitriyani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Anak-anak muda teknisi di PLTD Pulau Komodo (Foto: Ema Fitriyani/kumparan)
Hal itu pulalah yang membuatnya lebih suka tinggal di mess, ketimbang di rumahnya. Karena tinggal bersama di mess, bisa membuatnya banyak belajar dan berbagi ilmu dari teknisi yang lain. “Enakan di sini. Kumpul sama teman-teman semua. Kalau mesin belum bekerja, kita kumpul bareng-bareng di sini. Kalau mau pulang, ya tinggal pulang aja,” katanya.
Selain Ma’aruf, teknisi lain yang berlatar belakang pendidikan Madrasah Aliyah adalah Muhammad Fauzi. Dia awalnya juga mengaku buta dengan urusan kelistrikan. Tapi tekadnya membuatnya bisa memahami listrik dalam waktu tiga bulan. Kini, dia dan teknisi lainnya sudah bisa mengoperasikan mesin tanpa harus diawasi lagi.
ADVERTISEMENT
Untuk membimbing para teknisi muda itu, PLN menunjuk Ovaldi Seik, sebagai koordinator atau pimpinan di antara mereka. Ovaldi pula lah yang menjadi penanggung jawab di PLTD tersebut. “Tiga di antara kami berlima, memang penduduk asli Pulau Komodo, ini untuk memudahkan penanganan PLTD,” kata laki-laki berusia 27 tahun ini. Dua teknisi lainnya adalah Arifuddin dan Adhar.