Menanti Pidato Kenegaraan Jokowi, Ini Catatan untuk Perekonomian RI

15 Agustus 2021 17:32 WIB
ยท
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jokowi dalam sidang tahunan MPR/DPR Foto: Reuters/Beawiharta
zoom-in-whitePerbesar
Jokowi dalam sidang tahunan MPR/DPR Foto: Reuters/Beawiharta
ADVERTISEMENT
Presiden Joko Widodo (Jokowi) bakal menyampaikan Pidato Kenegaraan pada Senin (16/8) pagi. Pidato panjang ini akan berisi catatannya sebagai kepala negara selama setahun ke belakang dan arahannya ke depan.
ADVERTISEMENT
Salah satu isu yang akan dibahasnya besok adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa pandemi. Menanti Jokowi membacakan ihwal ekonomi nasional, berikut catatan sejumlah ekonom:
Pemerintah Tak Boleh Terlena Ekonomi Tumbuh 7,07 Persen
Dua tahun dihantam wabah corona membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia bergejolak. Pada kuartal II 2020, pertumbuhan ekonomi nasional merosot tajam, minus 5,32 persen. Badan Pusat Statistik (BPS) kontraksi yang parah ini merupakan yang pertama sejak kuartal I 1999 atau era Presiden B.J, Habibie yang saat itu minus 6,13 persen.
Pemerintah pun mencari cara agar ekonomi RI tidak semakin jatuh. Stimulus triliunan rupiah digelontorkan ke dunia usaha dan masyarakat agar produksi jalan dan daya beli meningkat. Hasilnya, pertumbuhan ekonomi kuartal II 2021 melesat 7,07 persen, didorong paling besar dari sektor industri dan belanja pemerintah.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, pemerintah diminta tidak terlena pada pencapaian ini. Sebab, sejak awal Agustus ada PPKM Darurat yang diperpanjang levelnya sampai hari ini, menyusul makin tingginya kasus corona beserta kematiannya. Ekonom Bahana Sekuritas Putera Satria Sambijantoro mengatakan pertumbuhan yang disampaikan BPS ini bersifat statistik.
"Jadi kalau misalnya tumbuhnya 7,07 persen tapi tahun lalu kita minus 5,3 persen, sehingga secara riil, ekonomi kita dibandingkan sebelum COVID hanya tumbuh sekitar 2 persen karena 7 persen dikurangi 5,3 persen," katanya saat dihubungi kumparan.
Dia menyebut, pertumbuhan ekonomi kuartal II 2021 ini ditopang oleh konsumsi dan investasi. Pemerintah menggelontorkan banyak anggaran agar daya beli masyarakat tetap terjaga di masa pandemi.
Dari sisi investasi, anggaran yang dikeluarkan pemerintah juga cukup kuat, terutama untuk anggaran belanja modal dan infrastruktur yang biasanya dampaknya terlihat pada kuartal selanjutnya.
Ilustrasi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Foto: Ajeng Dinar Ulfiana/REUTERS
RI Sudah Keluar dari Resesi, Indef Sebut Pertumbuhan Ekonomi Semu
ADVERTISEMENT
Dengan tumbuh 7,07 persen, ekonomi Indonesia resmi keluar dari jurang resesi. Namun, Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menilai, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang positif di kuartal kedua sebagai kondisi pemulihan yang semu.
Kepala Center of Industry, Trade, and Investment INDEF Andry Satrio Nugroho, menyebut ekonomi Indonesia belum mengarah pada pemulihan. "Jadi kalau dikatakan apakah ini akhir dari resesi atau pertumbuhan semu atau ilusi, tentu saya katakan ini pertumbuhan semu," ujar Andry dalam webinar INDEF menanggapi kinerja triwulan II 2021, Jumat (6/8).
Menurut Andry, masih terlalu dini dan tidak fair mengeklaim bahwa perekonomian sudah kembali ke level yang mengarah normal. Soalnya, memang perbandingan year on year antara 2021 dan 2020 menguntungkan lantaran kuartal kedua tahun 2020 ekonomi mengalami kontraksi paling dalam.
ADVERTISEMENT
Atas dasar itu, ia mencoba membuat perbandingan lain dengan melihat kondisi ekonomi sebelum pandemi, yakni pertumbuhan di tahun 2018 dan 2019. Direktur Eksekutif Indef Tauhid Ahmad, memproyeksikan ekonomi kuartal tiga akan turun hingga hanya berkisar antara 3 sampai 4 persen.
"Kami melihat situasi ketidakpastian yang terjadi di kuartal III. Kami perkirakan pertumbuhan ekonomi berada pada rentang 3-4 persen," ujar Tauhid dalam acara yang sama.
Bank Dunia: Ekonomi Negara Berkembang Masih Akan Terpuruk di 2022
World Bank Managing Director of Development Policy and Partnerships, Mari Elka Pangestu, mengatakan program vaksinasi di banyak negara menunjukkan adanya proyeksi pemulihan ekonomi dunia, terutama didorong oleh Amerika Serikat. Memang saat ini AS sudah menunjukkan perbaikan seiring tingginya vaksinasi di sana.
ADVERTISEMENT
"Memang sudah ada tanda-tanda pemulihan bahkan proyeksi untuk ekonomi dunia juga mengalami pemulihan pesat, terutama didorong AS dengan program stimulus yang besar dan tingkat vaksinasi yang tinggi di AS, dan didorong pertumbuhan di RRC," ujar Mari dalam acara Congress of Indonesian Diaspora, Sabtu (13/8).
Sayangnya, meski proyeksi ekonomi dunia mengalami perbaikan, namun perbaikan ini tak merata bagi negara berkembang. Bahkan di 2022, kata dia, ekonomi negara-negara berkembang masih akan terpuruk.
"Pemulihan ini sangat tidak merata, di mana negara sedang berkembang masih banyak yang akan tetap mengalami pertumbuhan yang lambat. Bahkan dua per tiga negara sedang berkembang tidak akan mencapai tingkat pendapatan per kapita sebelum pandemi. Di 2022 pun belum mencapai kembali situasi sebelum pandemi," jelasnya.
ADVERTISEMENT