Mendag Beberkan Jurus Genjot Ekspor di 2021, Ekspansi ke Turki hingga Brasil

29 Januari 2021 17:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kapal peti kemas memasuki area pelabuhan JICT. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Kapal peti kemas memasuki area pelabuhan JICT. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
ADVERTISEMENT
Menteri Perdagangan (Mendag), Muhammad Lutfi, mematok target yang cukup optimistis terhadap neraca perdagangan Indonesia di 2021 ini. Meski masih dalam situasi pandemi COVID-19, Mendag Lutfi ingin ekspor nonmigas tumbuh sebesar 6,3 persen.
ADVERTISEMENT
Sudah berjalannya program vaksinasi dan keberadaan UU Cipta Kerja, jadi dua modal yang bikin Lutfi pede kinerja ekspor akan terdongkrak.
Terlebih lagi, Lutfi juga mengaku sudah menyiapkan strategi untuk merealisasikan optimismenya itu. Yakni dengan menggenjot kinerja ekspor sejumlah komoditas yang ia yakini potensial, serta mencoba membuka peluang ke negara tujuan ekspor baru.
"Jadi pertama potensi ekspor baru yang akan kita buka, saya akan berikan beberapa contoh saja. Saya tidak akan mengatakan semuanya karena itu adalah bagian dari strategi, jadi tidak diumumkan," ujar Lutfi dalam virtual conference mengenai Trade Outlook 2021, Jumat (29/1).
Menteri Perdagangan Muhammad Lufti, usai serah terima jabatan di Kemendag RI, Rabu (23/12). Foto: Kemendag RI
Komoditas ekspor yang ingin dia genjot di antaranya yakni otomotif kelengkapannya. Kemendag berencana mengekspansi negara tujuan baru seperti Brasil, China, serta Myanmar.
ADVERTISEMENT
Adapun komoditas berikutnya yang ingin ia genjot, yakni produk logam. Negara Turki, Uni Emirat Arab, hingga Filipina jadi tujuan komoditas ini. Selanjutnya, ia ingin memaksimalkan ekspor komoditas karet ke China, Australia serta Vietnam.
Lutfi memproyeksikan ekspor nonmigas ke negara tujuan utama seperti China, akan tumbuh sebesar 7,8 persen di tahun 2021. Ini akan disokong oleh komoditas seperti besi baja, CPO, hingga batu bara.
"Sedangkan untuk Amerika Serikat yang tahun 2020 sudah USD 18 miliar, diharapkan bisa tumbuh 3,87 persen. Kemudian Jepang tumbuh 2,97 persen dan India sebesar 8,67 persen," pungkas Mendag Lutfi.