Mendag Soal Impor Beras Lagi: Stok Tak Boleh di Bawah 1 Juta Ton

25 Mei 2018 14:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Stok Beras Bulog Kelapa Gading, Jakarta Utara (Foto: Abdul Latif/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Stok Beras Bulog Kelapa Gading, Jakarta Utara (Foto: Abdul Latif/kumparan)
ADVERTISEMENT
Kementerian Perdagangan kembali menerbitkan izin impor 500.000 ton beras, untuk realisasi Mei hingga Juli 2018. Ini merupakan impor beras kedua sepanjang 2018, sehingga totalnya sudah sebanyak 1 juta ton.
ADVERTISEMENT
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menjelaskan, impor beras kembali dilakukan untuk meningkatkan cadangan nasional. Tanpa impor lagi, menurutnya cadangan beras di gudang Bulog saat ini di bawah 1 juta ton dan itu tidak cukup aman.
"Kita enggak perlu impor? Kalau kita kosong bagaimana? Terus rakyat lapar bagaimana? 1,2 juta ton stok beras di Bulog yang ada sekarang, itu 600 ribu ton dari impor. Kalau tidak ada impor, maka jumlah itu di bawah satu juta ton. Dan itu tidak boleh terjadi,” kata Enggar di sela kunjungan di Pasar Desa Adat Pecatu, Badung, Bali, Jumat (25/5).
Dia menjelaskan, 600.000 ton beras impor yang saat ini ada di Bulog, 500.000 ton merupakan realisasi impor pertama. Sedangkan 100.000 ton, bagian dari realisasi impor kedua. Sisa dari impor tahap kedua, akan tiba hingga Juli mendatang.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, impor tambahan sebanyak 500.000 ton telah diputuskan melalui rakpat koordinasi terbatas. “Itu sudah dijalankan dan open tender. Itu tender Februari. Jadi total impor 1 juta ton, yang sudah terbuka. Kalau kurang kita tambah lagi," jelasnya.
Mendag mengunjungi Bulog Divre DKI Jakarta-Banten (Foto: Ela Nurlaela/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Mendag mengunjungi Bulog Divre DKI Jakarta-Banten (Foto: Ela Nurlaela/kumparan)
Enggar juga menyampaikan bahwa impor bukan hal yang ilegal dan tidak mesti dihindari jika memang perlu dilakukan. Jika Indonesia selalu menolak impor, tambahnya, maka negara lain juga akan menolak komoditas ekspor Indonesia.
Ia mencontohkan negara tetangga seperti Vietnam dan Thailand, yang mengimpor gabah dari Kamboja dan Myanmar. Pada sisi lain, mereka juga mengekspor beras ke Filipina, China dan Indonesia. "Mereka importir gabah dan eksportir berah. Saya nyatakan mereka cerdas sekali," katanya.