Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.7
26 Ramadhan 1446 HRabu, 26 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Mendag Waspadai Kemungkinan Trump Juga Kenakan Tarif Impor Tinggi ke RI
18 Maret 2025 14:56 WIB
·
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso mewaspadai Indonesia menjadi negara sasaran berikutnya yang akan dikenakan tarif impor tinggi oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
ADVERTISEMENT
Budi sedang mengantisipasi kebijakan Trump dan rencana resiprokalnya. Dalam hal ini, ia menyoroti besarnya defisit perdagangan AS-Indonesia, sementara sebaliknya perdagangan Indonesia-AS tercatat surplus.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), perdagangan nonmigas Indonesia-AS tercatat surplus pada Februari 2025 senilai USD 1,57 juta dan tercatat sebagai negara dengan surplus tertinggi, disusul India dan Filipina. Amerika Serikat (AS) menjadi penyumbang surplus terbesar dengan USD 16,84 miliar.
“Jadi ekspor kita besar, impor kita enggak terlalu besar dari AS. (Strateginya) kita jaga dulu dalam waktu dekat ini gimana supaya akses pasar kita ke sana aman, tetapi akses AS ke sini jangan diganggu, karena kita terlalu besar ekspor kesannya, kita jaga dulu yang penting itu dulu,” kata Budi di Pasar Senen, Jakarta, Selasa (18/3).
ADVERTISEMENT
Menurutnya, saat ini Indonesia harus menjaga hubungan dagang dengan AS dan memastikan pasar domestik untuk negara tersebut dalam keadaan aman.
“Makanya kita harus jaga terus hubungan perdagangan kita supaya aman, tapi pasar amerika di sini juga aman. Apalagi di sini Amerika juga kecil,” tutur Budi.
Budi memastikan saat ini posisi Indonesia masih dalam keadaan aman. Dia juga sedang memperhatikan kebijakan Donald Trump terbaru soal kebijakan tarif terbaru yang akan diteken.
“Belum tau (dikenakan apa tinggi). Jadi Amerika ini lagi ngeliat-ngeliat yang defisit terbesar mana. Kita kan nomor 15 termasuk gede. Sementara masih aman, kita tunggu rencananya kan tanggal 2 April mau diumumkan,” ujar Budi.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati melihat adanya potensi Indonesia terkena dampak perang dagang ini. Sebab, Presiden Donald Trump mengincar negara-negara yang memiliki perdagangan surplus dengan negara tersebut.
ADVERTISEMENT
Dia membeberkan kebijakan yang diteken Trump dan negara-negara yang akan meneken tarif balasannya. Sri Mulyani kemudian menyebut hal tersebut sebagai war game di bidang ekonomi.
Hal ini bermula dari Presiden Amerika Serikat (AS) yang mengenakan tarif 25 persen untuk China, Kanada dan Meksiko dan kemudian dibalas oleh China. Sementara Kanada dan Meksiko tengah menyusun kebijakan balasan.
Trump kemudian mengincar negara-negara yang memiliki surplus perang dagang dengan AS. Dalam paparannya ada 20 negara yang mencatatkan surplus terhadap Amerika artinya Amerika defisit terhadap negara ini dan Indonesia ada di nomor 15.
“Donald Trump dalam hal ini memang mengincar negara-negara yang memiliki surplus terhadap Amerika atau Amerika defisit terhadap negara tersebut,” kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa di kantor Kemenkeu, Kamis (13/3).
ADVERTISEMENT
Menurutnya, latar belakang penerapan tarif kepada Tiongkok dan Meksiko juga lantaran negara-negara tersebut juga memiliki perdagangan yang surplus dengan AS.
Dia kemudian mewanti-wanti, dengan posisi surplus 15 terbesar, Indonesia bisa menjadi sasaran negara berikutnya yang dikenakan tarif tersebut.