Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Tito menjelaskan, sebenarnya ada dua penyebab utama dari tingginya harga sembako di daerah. Pertama, permasalahan suplai. Hal ini bisa diatasi dengan meminta tambahan suplai dari daerah lain atau pemerintah pusat.
Kedua, permasalahan distribusi. Tito bilang, hal ini bisa terjadi karena adanya campur tangan mafia pangan .
“Kalau seandinya bermasalah distribusinya, bisa terjadi mafia pangan. Mereka menumpuk barang supaya langka, begitu sudah langka, harga naik baru dia lempar barangnya,” ujar Tito dalam Rakernas Inflasi secara virtual, Kamis (22/10).
Menurut Tito, untuk mengatasi mafia pangan itu pihaknya bekerja sama dengan penegak hukum. “Yang ini kami kerja sama dengan penegak hukum, tangkap,” tegasnya.
Untuk mengendalikan harga pangan, pemerintah sebenarnya telah membentuk tim pengendalian inflasi daerah (TPID) yang bekerja sama dengan Satgas Pangan di masing-masing daerah. Harapannya, bila ada bahan pangan yang mengalami kenaikan harga, bisa diketahui penyebabnya lantaran kekurangan pasokan atau karena masalah distribusi.
ADVERTISEMENT
Tito pun meminta agar setiap kepala daerah bersama-sama menjaga stabilitas harga pangan. Ia meminta pemda melakukan kerja sama perdagangan komoditas antardaerah.
Menurut dia, setiap daerah di Indonesia memiliki komoditas andalan yang berbeda. Dengan demikian, maka setiap daerah bisa mendapatkan setiap komoditas sesuai dengan kebutuhan. Sehingga kasus kelebihan pasokan atau oversupply tidak akan terjadi dan harga pangan terkendali.
"Daerah yang punya produk berlebihan di bidang A bisa kerja sama dengan produk lain yang dibutuhkan oleh mereka. Itu kita dorong kerja sama antar daerah. Jangan hanya menadah tangan untuk meminta bantuan dari pusat," pungkasnya.
Live Update