Menelisik Peluang dan Tantangan Investasi Unicorn RI

27 Februari 2019 8:49 WIB
clock
Diperbarui 21 Maret 2019 0:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menelisik Peluang dan Tantangan Investasi Unicorn RI
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Unicorn alias perusahaan rintisan (startup) yang memiliki nilai valuasi lebih dari USD 1 miliar di Indonesia menunjukkan perkembangan signifikan.
ADVERTISEMENT
Dari 7 unicorn di Asia Tenggara, 4 di antaranya berasal dari Indonesia yaitu Go-Jek, Tokopedia, Traveloka, dan Bukalapak. Keempatnya bahkan menyabet gelar unicorn dalam waktu tak sampai satu dekade.
Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mengatakan, kunci tumbuh suburnya startup hingga menjadi unicorn di Indonesia ialah karena kehadirannya menjadi solusi bagi permasalahan yang ada di tengah masyarakat.
"Mereka menyelesaikan permasalahan. Mau enggak Go-Jek ditutup? Pasti enggak mau. Kenapa? Karena mempermudah layanan transportasi. Mau enggak Traveloka ditutup? Enggak kan? Karena orang enggak mau antre (ketika pesan tiket)," katanya di acara Forum Merdeka Barat, Gedung Kominfo, Jakarta, Selasa (26/2).
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Trikasih Lembong pun mengamini hal itu. Menurutnya, unicorn di Indonesia mampu menjadi solusi nyata bagi permasalahan masyarakat, tak terkecuali perbaikan perekonomian.
ADVERTISEMENT
"(Mampu menciptakan) Lapangan kerja berbasis teknologi yang menghubungkan dengan dunia. Karena banyak sekali usaha kecil atau menengah yang menetapkan diri ke platform online," imbuh dia.
Tak hanya itu, kata dia, unicorn juga mampu menjadi pendorong usaha di sektor informal ke formal. Hal itulah yang menyebabkan pendapatan yang diterima secara nasional ikut terkerek.
"Begitu ratusan ribu tukang ojek masuk Go-Jek dan Grab. Mereka sekarang terdaftar dan tercatat. Platform itu kan setiap tahun setor ratusan miliar ke DJP (Direktorat Jenderal Pajak) dari PPN yang mereka pungut dari ratusan tukang ojek dan UMKM yang sebelumnya enggak dipungut PPN," ujarnya.
Lelaki yang akrab disapa Tom Lembong itu mengungkapkan, saat ini saja keberadaan unicorn serta startup lainnya menjadi penopang penting pendorong penanaman modal asing (PMA) dan penyelamat perekonomian Indonesia.
ADVERTISEMENT
“Arus modal yang masuk ke ekonomi digital itu adalah satu dari dua sektor yang menyelamatkan investasi internasional naik. Pertama, adalah e-commerce, kedua adalah smelter atau pabrik pengolahan dan pemurnian logam,” katanya.
Ia mencatat PMA yang masuk ke Indonesia untuk startup di Indonesia termasuk unicorn mencapai USD 2-2,5 miliar per tahun atau setara Rp 29 triliun-Rp 35 triliun (kurs Rp 14.000 per USD).
Ke depan, Ia juga mengaku optimistis unicorn itu bisa menjadikan segala hal kian efektif dan efisien. Misalnya saja, di bidang pertanian. Panjangnya rantai pasokan bisa dipangkas karena adanya startup yang menghubungkan langsung petani dengan konsumen.
Startup TaniHub yang menghubungkan petani di desa dan kota,” ucap dia.
Tantangan ke depan
ADVERTISEMENT
Menjalankan bisnis startup unicorn memang tak semudah membalikkan telapak tangan. Ada tantangan serta kewaspadaan yang tak bisa diabaikan.
Satu hal yang digarisbawahi Tom Lembong ialah perkembangan dinamis startup dan persaingan yang melingkupinya. Ia menilai saat ini sektor ini sedang banyak dilirik oleh negara-negara tetangga sebagai bisnis potensial.
"Negara-negara tetangga saingan, itu mulai melek. Mulai all out, habis-habisan mendorong startup mereka, mereka mendorong ekonomi digital mereka, untuk bisa berlomba-lomba menarik modal (asing) yang sama," terang dia.
Maka dari itu, Lembong mengingatkan Indonesia agar tak kendor dan lengah dalam berinovasi dan mengembangkan startup. Tujuannya, modal yang saat ini menjadi motor penggerak tak dicabut dan berpindah tangan ke kompetitor di negara tetangga.
Kepala BKPM Thomas Lembong. Foto: Instagram/@tomlembong
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, Tom Lembong menekankan agar para pelaku startup mestinya juga mampu menjaga kualitas bisnis yang dijalankannya. Termasuk juga dalam memilah investasi mana yang memang layak untuk dikejar, bukan saja yang bernilai tinggi tapi juga berkualitas tinggi.
"Bagaimana kita ukur itu? Antara lain, berapa lapangan kerja yang bisa diciptakan, program padat modal (tapi jangan sampai) malah enggak jalan lapangan kerja. Kedua, investasi yang berkualitas membawa teknologi dan inoveasi. Membawa perubahan juga seperti misalnya, juga internasionalisasi menghubungkan kita dengan kawasan dan dunia," paparnya.
Selain itu, ia pun mengimbau pemerintah agar terus menciptakan iklim investasi yang baik berupa aturan-aturan yang kooperatif.
"Kita harus sangat kooperatif dengan regulasi kondusif dengan sentuhan yang baik, pendekatan yang bersahabat. Karena kalau enggak negara tetangga udah siap untuk ambil (PMA)," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Senada, Rudiantara juga berharap pemerintah bisa menjalankan fungsinya untuk mendorong startup terus berkembang. Kuncinya, memberikan kemudahan.
"Jadi jangan sampai kita regulasinya heavy. Kalau (memang) enggak perlu izin, ya nanti izin di sektor aja, platform mah enggak usah. Juga, pemerintah bukan hanya menerapkan light touch regulation, kita juga memberikan fasilitas. Ada kembangkan 1.000 startup. Sekarang banyak anak muda pakai IT dan ponsel. Kita fasilitasi itu, untuk dia diinkubasi buat capital series B atau apa lah," ucap dia.
Bukan saja mendorong, Rudiantara juga mengupayakan akselerasi dalam perkembangan startup dan unicorn bisa terlaksana dengan baik.
"Makanya, kita buat komite, ada saya, Nadiem, Wiliam, pak Tom, kita akselesari untuk tambahan unicorn. Itu program Next Indonesia Unicorn. Jadi semoga ada fintech yang jadi unicorn. Jadi kita melakukan deregulasi yang light touch regulation. Infrastuktur kan juga ada palapa ring, tengah tahun ini barat dan tengah bisa terintegrasi," pungkasnya.
ADVERTISEMENT