Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
PLTA ini masih ada di kawasan Komplek PLN Cioray. Sama halnya dengan PLTA Saguling, PLTA Rajamandala ini pun memanfaatkan aliran sungai Citarum yang merupakan sungai terpanjang sekaligus terbesar di Jawa Barat.
Pada Kamis (11/11), kumparan berkesempatan untuk melihat dari dekat PLTA Rajamandala di Desa Cihea, Kecamatan Haurwangi, Kabupaten Cianjur. Perbedaan yang menjadikan PLTA Rajamandala ini unik dari semua PLTA yang dikelola PT IP lainnya adalah penggunaan teknologi terbaru, pertama terletak pada konstruksinya yang tidak umum digunakan.
PT IP mengadopsi teknologi yang digunakan di Jepang, melalui kerja sama dengan Kansai Electric Power Company. Teknologi terbaru tersebut ada pada konstruksi pipa pesat, spiral case dan labirin waterway dengan menggunakan bahan beton bertulang serta teknologi yang efisiensi pada sisi turbin kaplan.
ADVERTISEMENT
"Indonesia biasanya menggunakan metal, di sini dari open channel sampai spiral casenya adalah concrete atau konstruksi beton. Kedua, untuk turbinnya ini menggunakan teknologi yang efisiensinya cukup tinggi, di situ ada Kaplan yang runnelnya bisa digerakkan, tidak statis dan dinamis disesuaikan dengan ketersediaan air yang ada," jelas General Manager PLTA Rajamandala Didik, Kamis (11/11).
PLTA Rajamandala memiliki kapasitas 47 Megawatt (MW) ini beroperasi sejak Mei 2019. Pembangkit energi baru dan terbarukan (EBT) ini mampu memproduksi listrik mencapai 496 Megawatt hour (MWh) per hari dan 181 Giga Watt hour (GWh) per tahun.
Selain itu, pembangkit listrik ini tidak memerlukan pembangunan waduk atau bisa disebut dengan kategori PLTA run-of-river. Hal tersebut karena PLTA Rajamandala memanfaatkan aliran sungai Citarum keluaran atau outflow dari PLTA Saguling.
ADVERTISEMENT
"Dari outflow Saguling yang dialirkan dari sungai Citarum lama kurang lebih jaraknya 5 kilo, masih ada beda 34 meter ketinggian dari outflow Saguling dengan yang ada saat ini, sehingga memungkinkan untuk dibangun satu unit PLTA lagi dengan kapasitas maksimal 50 MW, meskipun untuk capacity factornya itu lebih rendah," jelas Didik.
Keunikan lain yang dimiliki PLTA Rajamandala adalah berfungsi tanpa operator, di mana tidak ada awak yang mengoperasikannya langsung di dalam control room. Melainkan, PLTA ini dioperasikan secara remote dari PLTA Saguling.
"Karena kita mengadopsi teknologi Jepang dari Kansai, di Jepang itu rata-rata PLTA dioperasikan secara remote, dari satu tempat yang jauh. Makanya desainnya pun mengadopsi desain Kansai, jadi dioperasikan di control room Saguling meskipun di sini pun ada control roomnya tapi no-man. Sehari-hari ya dikunci saja," ujar Didik.
ADVERTISEMENT
Aliran air yang deras dari PLTA Saguling tidak sepenuhnya dimanfaatkan oleh PLTA Rajamandala. Sehingga di sekitar sungai dekat PLTA tersebut banyak ditemukan masyarakat yang bermain aktivitas air secara rutin, seperti arung jeram dan body rafting.
Sebagai bentuk Corporate Social Responsibility (CSR), PLTA Rajamandala membina masyarakat sekitar untuk melakukan aktivitas-aktivitas tersebut. Bahkan tim yang dibina bernama Team Arung Jeram Kapinis Indonesia sampai bisa berkiprah di kancah nasional dan internasional.
"Untuk aktivitas sebelumnya, penduduk lokal sini melakukan rafting, itu adalah olahraga yang dikembangkan jauh sebelum Rajamandala ada. Sebagai bentuk CSR kita membina rafting yang ada di sekitar lingkungan PLTA Rajamandala," jelas Didik.
Didik melanjutkan, PLTA Rajamandala juga berperan turut membersihkan sungai Citarum. Hal tersebut dilakukan dengan menyaring kembali endapan polutan yang sebelumnya telah diendapkan di Waduk Saguling.
ADVERTISEMENT
"Polutan di sungai Citarum khususnya di awal-awal terlalu tinggi, di samping diendapkan di Waduk Saguling, di kolam penenang di sini juga ada pengendapan lagi. Pengendapan itu nanti kita buang, dalam artian tidak dilanjutkan lagi ke aliran sungai Citarum," katanya.
Dalam keterangannya, Direktur Utama PLN, Zulkifli Zaini menyampaikan, kehadiran PLTA Rajamandala bukan sekadar pembuktian komitmen Indonesia dalam mewujudkan dunia yang lebih ramah lingkungan. PLTA ini menjadi bukti bahwa pembangkit EBT berbasis air sebagai energi bersih, juga memenuhi pilar-pilar Sustainable Development Goals (SDGs), salah satunya yaitu pilar pembangunan lingkungan.
"Terlebih potensi PLTA di Indonesia masih sangat besar. Potensi ini bisa menjadi peluang kerja sama semua pihak untuk bisa mempercepat net zero carbon pada 2060 mendatang," ujar Zulkifli.
ADVERTISEMENT