news-card-video
30 Ramadhan 1446 HMinggu, 30 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45

AS Hentikan Impor Ikan Patin dari Vietnam karena Mengandung Antibiotik

20 Maret 2017 16:49 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Ikan Patin (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Ikan Patin (Foto: Wikimedia Commons)
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mencatat, Amerika Serikat (AS) telah menghentikan impor ikan patin asal Vietnam. Salah satu penyebabnya adalah karena diduga ikan patin asal Vietnam mengandung zat antibiotik.
ADVERTISEMENT
"Kalau patin dari Vietnam ini ada antibiotiknya makanya di-band atau disetop Amerika," kata Dirjen Perikanan Budi Daya KKP Slamet Soebjakto saat ditemui di Gedung Minabahari IV, Senin (20/3).
Oleh karena itu, AS kini mulai melirik Indonesia sebagai salah satu penyedia kebutuhan ikan patin mereka. AS rutin mengimpor patin dalam bentuk fillet atau daging tanpa tulang.
"(Kebanyakan AS impor ikan patin) dari Vietnam. Cuma kendala mereka kan banyak di-band sehingga peluang besar untuk Indonesia," katanya.
Ikan Patin (Foto: bibitikan.net)
zoom-in-whitePerbesar
Ikan Patin (Foto: bibitikan.net)
Siapkah ikan patin Indonesia mengisi pasar AS? Menurut Slamet, sampai saat ini mayoritas ikan patin Indonesia hanya mampu mencukukupi kebutuhan dalam negeri. Produksi ikan patin Indonesia juga belum stabil. Di tahun 2015 angka produksinya 339.111 ton lebih rendah dari pencapaian di tahun 2014 dan 2013 masing-masing sebesar 418.002 ton dan 410.883 ton.
ADVERTISEMENT
"Kalau ekspor patin masih cukup terbatas karena konsumsi lokal masih tinggi. Ekspornya bukan satu-satunya sasaran penjualan ikan tapi yang utama untuk pemenuhan dalam negeri dulu untuk peningkatan gizi, masyarakatnya, untuk meningkatkan masyarakat dulu, untuk memenuhi kebutuhan pangan dulu," paparnya.
Selain AS, Arab Saudi juga berminat mengimpor fillet ikan patin asal Indonesia. Namun hal ini belum ditindaklanjuti.
"Masih dijajaki lagi. Seperti di Arab Saudi kan banyak, karena orang Indonesia kan banyak di sana," jelasnya.