Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.91.0
ADVERTISEMENT
Dua tahun silam, Bandara Kertajati ditargetkan mampu melayani setidaknya 16 penerbangan dari dan ke bandara yang diresmikan pada 24 Mei 2018. Hal itu tercantum dalam Annual Report program pengembangan bisnis yang disusun tahun 2017 oleh PT Bandar Udara Internasional Jawa Barat (BIJB).
ADVERTISEMENT
Rute penerbangan yang kala itu akan dikembangkan, meliputi domestik dan internasional seperti Surabaya, Denpasar, Medan, Batam, Yogyakarta, Palembang, Pekanbaru, Makassar, Pontianak, Lombok, Surabaya, Padang, Jeddah, Singapura, Kuala Lumpur, dan Bangkok.
Waktu berjalan, Bandara Kertajati disebut memang sempat beroperasi dengan rute penerbangan yang mencapai hingga belasan. Jumlah itu, terjadi setidaknya hingga awal tahun 2019 ini.
Di akun instagram BIJB misalnya, per 23 Januari 2019, mencantumkan jadwal penerbangan dari dan ke Bandara Kertajati terdapat beberapa rute, di antaranya Surabaya, Medan, Balikpapan, Jakarta, Yogyakarta, Palembang, Semarang, dan Bandar Lampung.
Direktur Operasi dan Pengembangan Bisnis PT BIJB Agus Sugeng Widodo mengatakan, sekitar akhir Januari hingga awal Februari 2019, Bandara Kertajati melayani 11 rute penerbangan.
ADVERTISEMENT
Namun, menurutnya, itu tak berlangsung lama karena hanya selang tak lebih dari sebulan jumlah rute penerbangan anjlok. Tercatat, hingga saat ini, hanya ada dua kali penerbangan dalam sepekan, Kamis dan Minggu, yaitu rute Kertajati-Surabaya dan sebaliknya yang dilayani maskapai Citilink.
Sebelumnya, kata dia, setidaknya ada lima maskapai penerbangan yang sempat terbang di Kertajati yaitu Lion Air, Garuda, Nam Air yang masuk dalam grup Sriwijaya Air, Wings Air, dan Citilink. Terbaru, keempat maskapai seperti Lion Air Cs diketahui hengkang dari Kertajati. Sementara, Citilink jadi satu-satunya yang bertahan hingga sekarang.
“Padahal dulu kita ada 11 (rute), termasuk ke Jeddah itu,” ujar Agus ketika ditemui kumparan di kantor BIJB Bandara Kertajati, Majalengka, Jabar, Kamis (28/3).
Corporate Communications Strategic Lion Air Danang Mandala Prihantoro, tak menyangkal menyingkirnya Lion Grup, termasuk Wings Air, dari Bandara Kertajati. Memang ia tak secara gamblang menyebut sepinya penumpang di Bandara Kertajati yang jadi sebab, namun isian penumpang (okupansi) di maskapainya memang masih minim.
ADVERTISEMENT
Maka dari itu, Danang memutuskan, Lion Group masih belum bisa melanjutkan operasional di Bandara Kertajati. Sebab, saat ini pihaknya masih melakukan review market hingga waktu yang belum ditentukan.
“Kalau load factor atau isian penumpang masih kurang, kalau untuk persentase harus cek, namun tingkat isian penumpangnya masih kurang. Untuk itu, yang kami lakukan adalah mengkaji ulang, me-review dari pasar di sekitar Majalengka atau Kertajati itu,” katanya saat dikonfirmasi kumparan, Kamis (28/3).
Lion Group terbilang hanya sebentar beroperasi di Bandara Kertajati. Ia mengatakan, pertama kali Lion Group terbang ialah saat momen perjalanan umrah yang sempat diberangkatkan dari Kertajati pada 2018 lalu, yaitu menuju Jeddah dan Madinah.
Keberangkatan umrah via Kertajati dilaksanakan pada Sabtu, 22 Desember 2018 atas kerja sama dengan biro perjalanan umrah Dini Group Indonesia (DGI).
ADVERTISEMENT
Kemudian, kata dia, Lion Group juga pernah beroperasi untuk rute domestik.
“Sempat membuka Lion Balikpapan-Kertajati pergi pulang, kemudian dari Yogyakarta ke Majalengka Kertajati,” imbuh dia.
Pada layanan penerbangan lokal melalui Lion Air dan Wings Air itu, Danang menambahkan, baru dibuka pada Januari 2019.
“Lion Air tiap hari, kalau Wings Air 3-4 kali seminggu. Mulainya Januari tanggal 11, mulai terbang perdananya,” kata dia.
Kala itu, Danang menyebut, pertimbangan Lion Group terbang via Kertajati ialah untuk perluasan pasar di Jawa Barat.
“Sejak awal kan, dalam rangka, satu ekspansi, untuk domestik, terus yang kedua menawarkan kemudahan koneksi di Jawa Barat bagian Timur Utara, Majalengka kan bagian Timur Utara, sementara Bandung itu kan Jabar bagian barat,” ujarnya.
Kendati demikian, pihaknya juga telah menyiapkan ‘kuda-kuda’ sejak awal. Maksudnya, hanya berani membidik pasar yang memang sudah banyak dikenal masyarakat. Misalnya saja, kota-kota favorit bisnis atau rekreasi yang biasanya banyak permintaan (demand).
ADVERTISEMENT
“Terkoneksi menggunakan Lion Air ke Balikpapan sama Wings Air ke Yogyakarta, karena kenapa? Karena Yogyakarta ini kan sebagai salah satu hub atau kota penghubung yang cukup ramai,” lanjut dia.
Gayung tak bersambut, Lion Air yang mendapati Bandara Kertajati masih lesu dalam jumlah penumpang akhirnya angkat kaki. Danang tak menyebut pasti berapa jangka waktu Lion Group bertahan, namun yang jelas katanya, pada bulan Maret 2019, sudah tidak ada penerbangan.
“Kami mencoba inisiasi, ekspansi sekaligus menawarkan pilihan perjalanan sih, melengkapi rute yang saat ini udah ada. Kan saat ini lewat Bandung, nah mencoba untuk dari Kertajati, itu sih waktu itu. Saat ini kalau Yogyakarta, Lion udah terbang ke Bandung,” timpalnya.
Ke depan, Danang menegaskan, evaluasi market masih akan terus dilakukan. Dan tak menutup kemungkinan pihaknya bakal kembali beroperasi di Kertajati.
ADVERTISEMENT
“Dalam rangka analisis ekspansi, dan itu tadi, ada peluang pada awalnya. Alternatif baru gitu lho, ya tentunya Lion Air berkoordinasi dengan regulator dan pengelola bandar udara,” ucapnya.
Sementara itu Garuda Group enggan memberikan banyak komentar. “Saya coba cek dulu ya,” kata Vice President Corporate Secretary Garuda M Ikhsan Rosan ketika dikonfirmasi kumparan berulang kali, soal penghentian rute penerbangan dari Kertajati.
Senada, Corporate Communication Manager Citilink Indonesia Ageng Wibowo hanya memberikan jawaban pendek. “Kalau masih berjalan harusnya masih jalan,” jawabnya dikonfirmasi berbeda.
Berbagai Jurus Undang Maskapai
Pihak BIJB mengaku tidak tinggal diam mendapati kondisi perginya maskapai dari Bandara Kertajati.
Corporate Secretary PT BIJB Arif Budiman mengatakan, pihaknya kini telah mengiming-imingi insentif untuk maskapai agar mau terbang lewat Kertajati.
ADVERTISEMENT
“Airlines supaya bisa terbang dari sini memang kita kasih insentif. Pertama, dengan landing fee, landing fee-nya dibebaskan selama satu tahun,” tutur dia ketika ditemui kumparan di Bandara Kertajati, Majalengka, Jawa Barat, Kamis (28/3).
BIJB saat ini juga sedang mencari cara untuk menarik animo penumpang Bandara Kertajati melalui kerja sama dengan Pemda. Utamanya, menggaet para pekerja migran, seperti dari Indramayu, sebagai daerah asal migran terbesar di Jabar, bakal diimbau untuk berangkat dan pulang lewat Bandara Kertajati.
Namun, upaya itu menurutnya juga masih dalam proses yang tidak sebentar. “Perlu proses juga kan, ada beberapa pihak yang harus dikoordinasikan, tidak hanya dari pihak BIJB saja, tapi BNP2TKI, dari departemen tenaga kerja, dari pihak imigrasi, harus dikoordinasikan,” tegas dia.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, hal lain yang menjadi concern bagi BIJB ialah sambil menunggu akses tol Cisamdawu terus dirampungkan, pihaknya juga sedang mengkonsolidasikan agar umrah dan haji bisa lewat Kertajati.
Dihubungi terpisah, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan, proses pengalihan umrah warga Jabar ke Kertajati saat ini menjadi bahasan yang bisa jadi dijalankan.
“Ya kita regulasi umrah Jabar harus di Kertajati. Bukan Permen (Peraturan Menteri), (tapi) surat edaran. Sedang finalisasi,” katanya kepada kumparan, Senin (1/ 4).
Sementara, terkait wacana pemindahan bandara sipil Husein Sastranegara di Bandung, yang selama ini diharap-harapkan bisa menarik penumpang ke Kertajati, Budi Karya hanya berkomentar singkat. “Husein kesepakatan saja,” ujarnya.
Mengenai pengalihan penerbangan sipil ke Kertajati, Pengamat Penerbangan sekaligus komisaris di Asia Aero Technology Alvin Lie mengamati dari sudut pandang lain. Ia meminta pemerintah untuk tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan. Bukan saja infrastuktur pendukung, namun juga perspektif masyarakat.
ADVERTISEMENT
Alvin hanya khawatir, langkah yang setengah hati untuk memindah penerbangan komersil ke Kertajati tanpa pertimbangan matang, malah bisa menimbulkan kegaduhan.
“Dulu rencananya kan Bandung (Bandara Husein) dialihkan ke sana (Kertajati), apakah ada jaminan orang ke Kertajati bukan malah pindah ke Jakarta?” timpalnya.
Dalam upaya lebih luas, seperti menggencarkan Kertajati untuk hub (penghubung) menuju tempat wisata atau menjadikan Bandara Kertajati sebagai kebutuhan masyarakat, baginya juga merupakan tugas bersama. Bukan saja pihak pengelola BIJB, namun juga berbagai stakeholder.
“Kalau penduduknya sendiri (warga Jabar) belum membutuhkan penerbangan dari Kertajati, berarti mengandalkan dari luar datang ke Kertajati. Pertanyaan saya, daya tarik apa yang dipromosikan selain bandaranya? Daya tarik wisata? Daya tarik perdagangan? Daya tarik perindustrian? Atau mungkin ada pertanian? Ada pertambangan? Apa yang dijual di kawasan Kertajati itu?” tandasnya.
ADVERTISEMENT