Mengenal Arkora Hydro, Perusahaan Energi Fokus EBT yang Baru IPO

8 Juli 2022 11:16 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Proyek Tomasa, PLTA milik Arkora Hydro yang terletak di Sulawesi Tengah, dengan kapasitas produksi sebesar 10 MW. Foto: Arkora Hydro
zoom-in-whitePerbesar
Proyek Tomasa, PLTA milik Arkora Hydro yang terletak di Sulawesi Tengah, dengan kapasitas produksi sebesar 10 MW. Foto: Arkora Hydro
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Perusahaan energi yang berfokus di energi baru dan terbarukan (EBT) PT Arkora Hydro Tbk (ARKO) telah resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) atau Initial Public Offering (IPO), Jumat (8/7).
ADVERTISEMENT
Dalam aksi tersebut, perusahaan telah meraup dana segar hingga Rp 182,67 miliar melalui penerbitan 608.895.000 saham baru di bursa.
Lalu siapakah PT Arkora Hydro Tbk (ARKO) dan proyek apa saja yang sedang dikerjakan?
Direktur Utama PT Arkora Hydro, Aldo Artoko mengatakan, dana hasil IPO akan digunakan untuk dua keperluan. Pertama, sebesar 63 persen untuk tambahan investasi pada anak perusahaan guna pengembangan proyek-proyek Energi Baru dan Terbarukan (EBT) ke depannya, yaitu 54 persen di PT Arkora Hydro Sulawesi (AHS), 29 persen di PT Arkora Energi Baru, dan 17 persen di PT Arkora Tenaga Matahari.
Direktur Utama PT Arkora Hydro Tbk, Aldo Artoko menghadiri public expose. Foto: Ghinaa R/kumparan
Keperluan kedua dengan sisa sekitar 37 persen, Perseroan akan menggunakan untuk pelunasan kewajiban jangka pendek. Sedangkan dana yang diperoleh dari kelebihan pemesanan penjatahan terpusat akan digunakan untuk modal kerja antara lain rencana pengembangan usaha pembangkit listrik tenaga air, seperti biaya survey pencarian lokasi potensial baru, studi kelayakan, studi kelistrikan, dan studi lainnya berkait dengan pengembangan proyek pembangkit listrik tenaga air.
ADVERTISEMENT
Aldo optimistis bisnis EBT memiliki potensi yang sangat besar di Indonesia, bahkan dalam teknologi yang sudah matang seperti hidro, surya dan angin. Kehadiran hydro sudah kompetitif dibandingkan dengan pembangkit listrik berbahan bakar batu bara. Pemanfaatan potensi EBT masih jauh di bawah 10 persen.
Aldo mengemukakan, ARKO berencana mencari peluang akusisi bermodalkan pengalaman di bidang EBT. “Kami juga aktif mencari proyek hidro berpotensi besar di atas 25 MW,” katanya.
Proyek Cikopo, PLTA milik Arkora Hydro yang terletak di Garut, Indonesia dengan kapasitas produksi sebesar 7,4 MW. Foto: Arkora Hydro
ARKO telah menyelesaikan pembangunan proyek mini hidro Cikopo-2 dengan total biaya USD 1,65 juta/MW. "Cikopo-2 merupakan pembangkit listrik berkapasitas 7,4 MW yang dimiliki dan dioperasikan oleh ARKO,” sambungnya.
ARKO juga mengerjakan proyek Tomasa menelan biaya investasi USD 1,75 juta/MW. Biaya investasi tersebut di bawah rata-rata industri sebesar USD 2,2 - 2,5 juta/MW.
ADVERTISEMENT
Proyek Tomasa merupakan pembangkit listrik berkapasitas 10 (2x5) MW. “Proyek ini milik ARKO melalui anak usahanya, yaitu PT Arkora Sulawesi Selatan. Tomasa proyek memasuki tahapan commercial operations date (COD) pada bulan Maret 2020 lalu,” pungkasnya.
Sementara proyek Yaentu di Poso (Sulawesi Tengah) sedang dalam konstruksi. Proyek Yaentu dengan kapasitas 10 (2x5) MW ini dikembangkan oleh PT Arkora Hydro Sulawesi, anak perusahaan tidak langsung milik ARKO.
Proyek ini sedang dalam pengerjaan yang mencapai 50 persen pada Maret 2022 . Proyek ini ditargetkan memasuki tahapan COD pada triwulan I 2023.
ARKO juga sedang melakukan persiapan tahap konstruksi Proyek Kukusan-2 di Lampung, Sumatera dengan kapasitas 5,4 MW. Proyek PLTA ini ditargetkan beroperasi pada triwulan IV 2024.
ADVERTISEMENT
ARKO terus berkomitmen untuk meningkatkan bauran energi terbarukan melalui pembangunan pembangkit listrik tenaga air dalam turut serta berpartisipasi membangun Indonesia.