Mengenal Bisnis Tegel Kunci untuk Rumah Minimalis

Tegel Kunci di Yogyakarta. Foto: Elsa Toruan/kumparan

Belakangan, tren rumah minimalis semakin digemari. Banyak cara dilakukan untuk menampilkan kesan minimalis ini.

Salah satunya dengan menggunakan tegel sebagai pilihan lantai. Bicara tegel, satu pilihan yang bisa digunakan adalah milik Tegel Kunci.

Public Relations Tegel Kunci di Yogyakarta, Nadia Fairuz, menyebut pihaknya mengawali bisnis dengan mengambil alih sebuah pabrik tegel di tahun 1997. Kala itu, mereka menemukan pabrik tegel tadi dalam kondisi rusak.

“Kami melihat kondisinya sudah rusak seperti itu, lalu kami bertekad bagaimana caranya agar bisa dicetak lagi,” katanya saat ditemui di Yogyakarta, Jumat (9/11).

Nadia mengatakan, saat ini motif tegel kunci sudah ada sekitar 200 jenis. Jumlah ini meningkat dibanding pada awal berdiri, yakni sekitar 140 jenis motif.

Adapun tegel kunci akan dibuat sesuai dengan pesanan. Sebab, pihaknya memutuskan untuk mencetak satu per satu tegel hingga membentuk sebuah desain tertentu.

“Makanya lama pembuatan tegel di kami. Karena kami buat satu-satu,” tambahnya.

Tegel Kunci di Yogyakarta. Foto: Elsa Toruan/kumparan

Menyoal pasar, Nadia mengaku saat ini permintaan tegel semakin meningkat, khususnya di dalam negeri. Meski lebih mahal dibanding keramik, namun tegel dianggap yang paling sesuai untuk negara tropis seperti Indonesia.

Peningkatan permintaan ini terbukti dari berkembangnya pabrik Tegel Kunci. Awalnya, pihaknya hanya mempekerjakan sekitar 20 pekerja. Tetapi, sekarang jumlah pekerja di Tegel Kunci bisa mencapai 180 orang bahkan lebih.

“Demand banyak sekali hanya saja kapasitas produksi kami terbatas. Kita kesulitan di produksi, banyak yang komplain juga soal itu. Kalau enggak lagi ramai, pembuatan tegel bisa tiga minggu, normalnya satu bulan,” tambahnya.

Namun, Nadia enggan menyebut kisaran omzet ataupun harga detail Tegel Kunci. Dia hanya bercerita bahwa pihaknya memulai usaha Tegel Kunci dengan modal yang tak besar.

“Modal awal kita sangat simple, hanya saja di awal dulu sempat tekor karena harga jual kita lebih murah dibanding produksi. Sekarang sudah enggak,” tutupnya.