Mengenal Edward Sirait, Eks Karyawan Merpati yang Kini CEO Lion Air

29 Oktober 2018 19:45 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Direktur Lion Air Group, Edward Sirait (Foto: Selfy Momongan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Direktur Lion Air Group, Edward Sirait (Foto: Selfy Momongan/kumparan)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Edward Sirait adalah salah satu orang yang hari ini menyampaikan kronologi musibah jatuhnya pesawat Lion Air JT-610 rute Jakarta-Pangkalpinang. Pria yang akrab disapa Edo tersebut merupakan Presiden Direktur atau CEO Lion Air.
ADVERTISEMENT
Edo menjadi pimpinan tertinggi maskapai low cost carrier yang didirikan oleh Rusdi Kirana dan keluarga.
Dihimpun dari berbagai sumber, Edo terlibat langsung saat Lion Air baru beroperasi dengan 1 unit pesawat pada tahun 2000. Ia sebelumnya juga pernah memegang kendali sebagai pengawas Sumber Daya Manusia (SDM) Lion Air dan Direktur Umum Lion Air.
Pendatanganan kerja sama Boeing Group dan Lion Air (Foto:  Ela Nurlaela/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pendatanganan kerja sama Boeing Group dan Lion Air (Foto: Ela Nurlaela/kumparan)
Edo memang memiliki latar belakang dunia penerbangan sebelum bergabung ke Lion Air. Ia pernah berkarier di PT Merpati Nusantara Air (MNA) sebagai General Manager of Internal Audit. Tak berhenti di situ, Edo juga tercatat pernah menjadi Dosen Paruh Waktu di Universitas Kristen Indonesia.
Sebagai orang yang ikut merintis Lion Air, pria kelahiran Toba Samosir pada 11 Oktber 1962 ini selalu pasang badan bila maskapai LCC ini bermasalah seperti menjelaskan delay panjang. Ia selalu memberikan penjelasan kepada media. Berkat kerja kerasnya bersama sang pendiri, Lion Air kini menjelma menjadi maskapai raksasa di dalam dan luar Indonesia.
ADVERTISEMENT
Sebaliknya, maskapai awal tempatnya bekerja yakni Merpati Air justru berada di titik terendah. Merpati tinggal menunggu waktu dimatikan karena sedang menanti keputusan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) karena tertilit utang triliunan rupiah. Maskapai pelat merah ini telah berhenti operasi sejak 1 Februari 2014.