Mengintip Prospek Saham Antam (ANTM) dan INCO di Tengah Gejolak Harga Nikel

24 Januari 2024 19:31 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mirae Asset Sekuritas Indonesia Tae Yong Shim (tengah) dan Head of Research Mirae Asset Sekuritas Indonesia Robertus Hardy (kanan). Foto: Ghinaa Rahmatika/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Mirae Asset Sekuritas Indonesia Tae Yong Shim (tengah) dan Head of Research Mirae Asset Sekuritas Indonesia Robertus Hardy (kanan). Foto: Ghinaa Rahmatika/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Mirae Asset Sekuritas Indonesia mencermati harga nikel tertekan akibat kelebihan permintaan (over supply). Pasokan nikel diprediksi akan semakin melimpah pada tahun 2024.
ADVERTISEMENT
Adapun harga nikel terpantau merangkak naik pada penutupan perdagangan Selasa (24/1). Harga nikel berdasarkan London Metal Exchange (LME) ditutup menguat 1,86 persen dan menetap di USD 16.306 per ton.
Head of Research Mirae Asset, Robertus Hardy, mengatakan Indonesia masih lambat dalam mengadopsi kendaraan listrik dan pengembangan masih dilakukan. Dengan sentimen tersebut, Mirae Asset memberikan rekomendasi neutral pada emiten nikel seperti PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dan PT Vale Indonesia Tbk (INCO).
“Outlook kita masih netral sebenarnya termasuk di Antam dan INCO. Mereka sebenarnya punya potensi dividen dan menarik, karena biasanya perusahaan komoditas kalau misalnya harga komoditas itu turun, produksinya dinaikkan,” ujar Robertus dalam Media Day Januari 2024, Rabu (24/1).
Warga melihat layar pergerakan saham di Jakarta, Kamis (24/2/2022). Foto: M Risyal Hidayat/ANTARA FOTO
Meski demikian, ada sebagian aksi korporasi (corporate action) emiten nikel yang tertahan, seperti Vale Indonesia belum melepas sebagian sahamnya ke pemerintah. Antam juga baru menyelesaikan kasus tersangka Budi Said kasus 1,1 ton emas Antam.
ADVERTISEMENT
“Tapi ke depannya hal-hal yang seperti ini yaitu aksi korporasi yang tertahan, dan ada sentimen suku bunga the fed dan BI belum bisa turun di semester I,” kata Robertus.
Mirae Asset memberikan rekomendasi ANTM trading buy, dengan target price 1.850 per saham. Sementara untuk INCO adalah trading buy dengan target price 4.900 per saham.
“Kami memprediksi volume penjualan bijih nikel akan menunjukkan penurunan trennya menjadi sekitar 9 juta ton pada tahun 2023 dan 2024. Volume penjualan bijih nikel pada tahun 2023 sudah menunjukkan pertumbuhan,” tulis Mirae Asset dalam risetnya.
Untuk INCO, Mirae Asset melihat potensi pertumbuhannya akan semakin besar pada tahun 2025 berdasarkan ekspansi masa depan. Pada tahun 2024, kinerja keuangan INCO kemungkinan akan tetap bergantung pada harga nikel global dan kemampuan dalam mengelola biaya.
ADVERTISEMENT
****
Disclaimer: Keputusan investasi sepenuhnya didasarkan pada pertimbangan dan keputusan pembaca. Berita ini bukan merupakan ajakan untuk membeli, menahan, atau menjual suatu produk investasi tertentu.