Mengintip Strategi UKM Fashion di Masa Pandemi Dalam “Everything Indonesia”

20 Juli 2020 21:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Indonesia berpeluang menjadi Kiblat Fashion Busana Muslim Dunia Didukung Sejumlah Faktor, Salah Satunya Masifnya Jumlah UKM Dalam Negeri. Foto: APR
zoom-in-whitePerbesar
Indonesia berpeluang menjadi Kiblat Fashion Busana Muslim Dunia Didukung Sejumlah Faktor, Salah Satunya Masifnya Jumlah UKM Dalam Negeri. Foto: APR
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) selama ini berperan besar dalam memajukan industri tekstil di Indonesia. Produksi kain ulos dari daerah Sumatera Utara, kain tenun dari Nusa Tenggara Timur hingga Batik di Pulau Jawa menjadi contoh vitalnya peran UKM dalam pengembangan industri tekstil Indonesia sekaligus mengembangkan fashion yang berbasis kedaerahan.
Tak hanya itu, keberadaan UKM berperan kunci dalam mendorong perekonomian negeri. Dengan total 64,2 juta unit usaha, menyerap hingga 120,6 juta jiwa tenaga kerja dengan pangsa pasar hingga 99 persen dari total jumlah usaha yang tersebar di seluruh Indonesia.
Namun, ditengah kondisi pandemik COVID-19 saat ini, keberadaan UKM terhimpit. Mandeknya permintaan, sulitnya akses pasar hingga minimnya pasokan bahan baku menjadi momok bagi keberlangsungan UKM.
Pukulan mundur ini harus ditangani. Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan, Indonesia memiliki sumber daya yang mumpuni, mulai dari ketersediaan bahan baku hingga pelaku kreatif dari tingkat UKM hingga besar untuk menampung kreasi anak bangsa. Banyak sektor yang masih bisa dikembangkan, salah satunya adalah UKM tekstil dan fesyen.
Dengan potensi yang dimiliki UKM di Indonesia saat ini, Teten bahkan meyakini Indonesia mampu untuk menjadi kiblat fesyen busana muslim dunia. Saat ini, dia mengatakan pihaknya tengah memetakan peluang dengan mengajak serta seluruh pelaku industri dan kreatif untuk merealisasikan gagasan ini.
“Kami menaruh harapan kepada para UMKM bidang fesyen dan juga industri tekstil dan produk tekstil baik hulu, tengah hingga hilir di dalam negeri. Pemerintah telah menggelontorkan pembiayaan KUR, stimulus hingga pelatihan untuk mendorong para UKM fesyen, kain dan apparel” ungkap Teten.
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki. Foto: Dok. MenKopUKM
Sayangnya, Teten mengakui hingga saat ini sejumlah pelaku usaha bidang fesyen masih menggunakan bahan baku impor untuk pembuatan pakaian. Padahal, Indonesia sudah mampu memproduksi bahan baku pakaian sendiri tanpa harus bergantung dari luar negeri.
Teten mengatakan dengan memaksimalkan penggunaan bahan baku dan produk fesyen dari dalam negeri, maka masyarakat telah berkontribusi untuk mewujudkan gerakan #BanggaBuatanIndonesia dan #Semuanyaadadisini seperti yang diinstruksikan Presiden Joko Widodo.
“Kami akan mendorong dan mewujudkan semangat Presiden agar kita semua ikut mendukung kampanye Bangga Buatan Indonesia sehingga dapat meningkatkan produk bahan baku yang sudah diproduksi sendiri di dalam negeri, seperti rayon.”
Salah satu perusahaan yang sejalan dengan gerakan nasional tersebut adalah Asia Pacific Rayon (APR). APR yang merupakan perusahaan penghasil serat viscose rayon dalam negeri mensosialisasikan semangat everything Indonesia, yakni mendorong penggunaan produk buatan dalam negeri sejalan dengan operasional perusahaan yang sepenuhnya berasal dari dalam negeri.
Serat viscose rayon yang dihasilkan APR dipasok ke industri untuk diolah oleh pelaku usaha hilir menjadi benang, kain hingga pakaian, termasuk untuk para UKM. Produk viscose rayon ini dinilai sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan pakaian muslim karena karakteristiknya yang lembut, dingin, jatuh dan nyaman dipakai di daerah tropis.
Tak hanya mendukung gagasan #BanggaBuatanIndonesia, produk viscose rayon APR juga mendukung gagasan sustainable fashion atau fesyen yang ramah lingkungan. Bahan baku viscose rayon berasal dari pengelolaan hutan tanaman industri yang dikelola secara lestari dan bertanggung jawab, legal dan tersertifikasi. Karena sifatnya yang sustainable, serat viscose rayon sangat mudah terurai (biodegradable) sehingga tidak mencemari lingkungan.
“Kami berharap semangat everything Indonesia dan bangga buatan Indonesia ini dapat menjadi penggerak bagi UKM untuk terus berkarya dan berkolaborasi bersama dalam menciptakan produk-produk unggulan asli dari Indonesia,” kata Basrie Kamba, Direktur Asia Pacific Rayon.
Pandemi COVID-19 diharapkan tidak menciutkan semangat pelaku UKM fesyen untuk merealisasikan gagasan Indonesia menjadi tuan rumah industri tekstil dan fesyen di negeri sendiri. Sejumlah UKM fesyen dapat tetap bertahan dengan mengedepankan strategi jitu dan menyesuaikan dengan tren di tengah pandemi.
Owner Indische Riri Rengganis, Co-founder dan Creative Director Sare Studio Putri Andamdewi dan Co-Founder Tepa Selira Astika Aquilla akan membagikan pengalaman dan strategi UKM fesyen selama masa pandemi untuk survive dalam webinar “Everything Indonesia” yang akan diselenggarakan pada Kamis, 23 Juli 2020 ini.
Selain ketiga pelaku UKM fesyen tersebut, webinar ini juga akan menghadirkan Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki, Direktur APR Basrie Kamba, dan Dirjen IKM dan Aneka Kementrian Perindustrian Gati Wibawaningsih serta dipandu oleh Petty S Fatimah selaku Editor in Chief Femina.
Webinar yang didukung oleh Asia Pacific Rayon (APR) ini bertujuan untuk memberikan gambaran nyata bisnis dan peluang untuk pelaku industri dan UKM di sektor fesyen di tengah masa pandemi ini serta dalam menghadapi tren fesyen global mendatang. Acara ini dapat diikuti tanpa pungutan biaya dengan mendaftar melalui https://bit.ly/2B5NGuC.
Webinar “Everything Indonesia” yang akan diselenggarakan pada Kamis, 23 Juli 2020. dok. RAPP
Artikel ini merupakan bentuk kerja sama dengan RAPP