Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
ADVERTISEMENT
Belum usai skandal PT Asuransi Jiwasraya (Persero), kini muncul dugaan korupsi di PT Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Persero) atau Asabri . Selain dugaan korupsi, buntungnya keuangan Asabri juga diduga disebabkan kerugian portofolio dan investasi saham.
ADVERTISEMENT
Asabri diduga terjerumus dalam investasi saham spekulasi yang kini performanya anjlok puluhan persen. Berdasarkan penelusuran kumparan, setidaknya ada 12 emiten dalam portofolio saham Asabri. Mayoritas saham tersebut mengalami penurunan signifikan sejak penutupan perdagangan 2017 hingga penutupan perdagangan 2019.
Ke-11 perusahaan yang sahamnya dimiliki Asabri yaitu PT Bank Yudha Bhakti Tbk (BBYB), PT Hanson International Tbk (MYRX), PT Inti Agri Resources Tbk (IIKP), PT Indofarma Tbk (INAF), PT Pelat Timah Nusantara Tbk (NIKL), PT Prima Cakrawala Abadi Tbk (PCAR), dan PT Alfa Energi Investama Tbk (FIRE). Perusahaan lain adalah PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA), PT SMR Utama Tbk (SMRU), PT Sidomulyo Selaras Tbk (SDMU), dan PT Island Concepts Indonesia Tbk (ICON).
ADVERTISEMENT
Pada saham BBYB misalnya, dari harga saham Rp 375 pada penutupan perdagangan 2017, menjadi Rp 274 per saham pada penutupan perdagangan 2019 atau anjlok sebesar 26,9 persen. Di perseroan ini, kepemilikan Asabri tercatat sebanyak 20,13 persen saham.
Kemudian saham MYRX juga tercatat mengalami penurunan sebesar 55,1 persen, dari harga Rp 111 per saham pada akhir 2018 menjadi Rp 50 per saham pada akhir 2019. Saham Asabri tercatat sebanyak 5,40 persen.
Penurunan terlihat pada portofolio di saham IIKP yang anjlok mencapai 85 persen dalam dua tahun belakangan. Dari harga Rp 336 per saham menjadi Rp 50 per saham.
Penurunan tajam juga terlihat pada SDMU dan SMRU yang sama-sama anjlok 89 persen. Dari harga awal masing-masing sebesar Rp 469 dan Rp 488, kini keduanya menjadi saham gocap. Kepemilikan Asabri pada masing-masing sajam tercatat sebanyak 18,06 persen dan 6,61 persen.
Selain itu saham FIRE juga tercatat anjlok sebesar 76 persen. Dari Rp 1.550 per saham menjadi Rp 370 per saham. Porsi kepemilikan Asabri di FIRE tercatat sebanyak 15,57 persen.
ADVERTISEMENT
Penurunan terjadi pula pada saham HRTA. Di portofolio ini Asabri mengempit 5,26 persen saham. Dalam dua tahun, harganya juga telah jatuh sedalam 27 persen. Dari Rp 293 per saham menjadi Rp 212 per saham.
Kemudian penurunan terlihat pada portofolio di saham ICON yang anjlok mencapai 55,7 persen dalam dua tahun belakangan. Dari harga Rp 135 per saham menjadi Rp 60 per saham. Persentase kepemilikan Asabri pada portofolio ini tercatat sebanyak 5,02 persen.
Saham INAF juga tercatat mengalami penurunan sebesar 85,75 persen, dari harga Rp 5.825 per saham pada akhir 2018 menjadi Rp 830 per saham pada akhir 2019. Saham Asabri tercatat sebanyak 13,91 persen.
Saham NIKL tercatat anjlok sebesar 85 persen. Dari Rp 4.675 per saham menjadi Rp 660 per saham. Porsi kepemilikan Asabri di FIRE tercatat sebanyak 10,30 persen.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, dalam dua tahun terakhir saham PCAR terlihat mengalami kenaikan dari Rp 202 per saham pada penutupan perdagangan 2017 menjadi Rp 1.100 per saham pada penutupan perdagangan 2019. Artinya saham ini naik sebanyak 444 persen dalam dua tahun terakhir. Meski demikian saham ini sempat mengalami kenaikan yang fantastis hingga menyentuh harga Rp 5.350 per saham. Di perusahaan ini kepemilikan Asabri tercatat sebesar Rp 25,14 persen.