Menhub Bantah Avtur Indonesia Paling Mahal di ASEAN

9 September 2024 18:36 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menhub Budi Karya Sumadi di Rakernis Fungsi Lantas Tahun 2024 di Alana Hotel, Kabupaten Sleman, Rabu (12/6/2024). Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menhub Budi Karya Sumadi di Rakernis Fungsi Lantas Tahun 2024 di Alana Hotel, Kabupaten Sleman, Rabu (12/6/2024). Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
ADVERTISEMENT
Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi membantah pernyataan bahwa harga bahan bakar pesawat alias avtur di Indonesia paling mahal se-ASEAN.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut menyusul pernyataan CEO Capital A Berhad, induk maskapai penerbangan AirAsia, Tony Fernandes. Menurut Budi, avtur di Indonesia bukan yang paling mahal.
"Tidak sepenuhnya benar. Jadi kalau kita bicara itu mesti pakai data. Bahwa mahal, iya. Kalau paling mahal, enggak," tegasnya saat ditemui usai peresmian InJourney Airports, Senin (9/9).
Meskipun begitu, Budi enggan menjelaskan lebih lanjut terkait mengapa harga avtur di Indonesia bisa mahal.
Sebelumnya, CEO Capital A Berhad, induk perusahaan maskapai penerbangan AirAsia Tony Fernandes mengungkapkan biaya bahan bakar pesawat di Indonesia memiliki tarif sekitar 28 persen lebih mahal dibandingkan dengan negara-negara di kawasan Asia Tenggara.
“Harga bahan bakar di Indonesia adalah tertinggi di ASEAN, sekitar 28 persen,” ujar Tony dalam jumpa pers yang digelar di Jakarta, dikutip dari Antara Kamis (6/9).
ADVERTISEMENT
Bahkan, menurutnya tarif avtur di Indonesia terbilang lebih mahal dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia. Ia menilai minimnya kompetisi penyedia avtur menjadi di Indonesia menjadi faktor penyebabnya.
com-Pertamina Beri Diskon Harga Avtur 20% Selama Natal dan Tahun Baru Foto: Dok. Pertamina
Hal tersebut lantas diakui turut berimbas pada biaya operasional maskapai yang berujung pada tingginya harga tiket pesawat penerbangan domestik di Indonesia dibandingkan dengan negara lainnya.
Bila dibandingkan dengan Malaysia, terdapat beberapa pemasok avtur dari perusahaan berbeda, sementara Indonesia masih dipasok sepenuhnya oleh PT Pertamina.
“Bila hanya ada satu di Indonesia, mereka dapat mengenakan biaya yang mereka inginkan,” jelasnya.
Dia juga menyoroti salah satunya adalah pungutan pajak pertambahan nilai (PPN) di Tanah Air yang dikenakan dua kali untuk bahan bakar, khususnya untuk penerbangan domestik sebesar 11 persen.
ADVERTISEMENT
Lebih Murah dari Avtur Singapura
Sebelumnya Pertamina Patra Niaga sebagai Subholding Commercial & Trading PT Pertamina (Persero) memastikan harga avtur kompetitif dan mengikuti aturan yang berlaku di Indonesia.
“Harga publikasi avtur di Indonesia bisa dikatakan cukup kompetitif. Nilai kompetitif harga publikasi avtur milik Pertamina juga setara dan lebih rendah bila dibandingkan dengan harga publikasi per liter di negara yang memiliki kemiripan lanskap geografis,” Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga, Heppy Wulansari, Minggu (8/9).
Harga avtur yang dijual Pertamina Patra Niaga pada rentang 1-30 September sebesar Rp 13.211/liter. Angka ini jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan harga avtur di Singapura yang mencapai Rp 23.212/liter pada periode yang sama.
Heppy mengatakan, harga avtur Pertamina tersebut sudah mengacu Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 17 K/10/MEM/2019 tentang Formula Harga Dasar Dalam Perhitungan Harga Jual Eceran Jenis Bahan Bakar Minyak Umum Jenis Avtur yang Disalurkan Melalui Depot Pengisian Pesawat Udara (DPPU).
ADVERTISEMENT
Penetapan harga avtur juga berdasarkan Mean of Plats Singapore (MOPS) yang menjadi patokan harga pasar terdekat. Harga avtur juga mempertimbangkan demand volume dari masing-masing bandara sesuai frekuensi pergerakan pesawat.
Heppy juga mengatakan, rantai pasok avtur di Indonesia lebih kompleks dibandingkan negara lain. Pertamina bertanggung jawab menyediakan avtur di 72 DPPU yang tersebar di seluruh Indonesia. Pertamina Patra Niaga yang tidak hanya berfokus melayani Avtur pada bandara besar, tetapi juga termasuk bandara kecil yang secara komersial belum tentu menguntungkan.
“Rantai pasok (supply chain) Indonesia lebih kompleks dibandingkan negara lain, termasuk untuk menjaga ketahanan pasokan di 72 DPPU. Kami terus memastikan kebutuhan avtur terpenuhi di seluruh Indonesia, bahkan bandara perintis sekalipun," kata Heppy.
ADVERTISEMENT