Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Akuisisi tersebut akan dilakukan anak usaha CUAN PT Kreasi Jasa Persada (KJP), dan saat ini tengah dalam tahap negosiasi serta telah menandatangani perjanjian pembelian saham bersyarat (PPJB).
Rencana pembelian sebanyak 342.925.700 lembar saham yang merupakan 34 persen dari total modal ditempatkan dan disetor di dalam PT Petrosea Tbk.
Saham CUAN juga sempat disuspensi oleh BEI pada hari Selasa (7/9) karena peningkatan harga yang kumulatif, kemudian suspensi dicabut kembali pada Rabu (8/9).
Emiten milik Prajogo lainnya seperti PT Barito Renewable Energy Tbk (BREN) masuk dalam tiga besar kapitalisasi pasar (market cap) terbesar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis. Saham BREN berhasil menyalip PT Bayan Resources Tbk (BYAN), yang telah mencapai Rp 699 triliun.
ADVERTISEMENT
BREN juga siap melakukan ekspansi di sektor Energi Baru dan Terbarukan (EBT). Seperti, anak usaha BREN yakni Star Energy Group Holding Pte Ltd (STAR) siap menambah kapasitas proyek Salak Binary 15 MW.
Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani, menilai saham CUAN mendapat reaksi positif dari kabar akuisisi saham Petrosea. Hal ini terlihat dari kenaikan pergerakan sahamnya yang ditutup melonjak 500 poin atau 7,69 persen pada hari ini.
"Namun menurut saya sahamnya digoreng oleh pasar saham ini sudah melonjak lebih dari 2000 persen sejak IPO Kalau kita lihat pergerakan saham ini tidak sesuai dengan pergerakan harga underlying yakni batu bara maupun emas,” tutur Arjun saat dihubungi kumparan, Kamis (9/11).
Namun sebaliknya, Arjun menilai prospek saham BREN menarik karena sektor EBT semakin penting. Pemerintah juga sudah melaksanakan berbagai kebijakan untuk mendorong pengembangan energi geothermal seperti pajak karbon.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Head of BCA Sekuritas Andre Benas melihat marketcap BREN terlalu besar, sehingga harga saham sudah tidak rasional di mata investor.
“Ya menurut saya marketcap sudah terlalu besar, upside sudah tidak banyak. Secara bisnis, menempati marketcap besar sudah kurang rasional, karena emitennya belum memiliki pendapatan yang signifikan seperti perbankan,” kata Andre.