Menkop Tak Ingin Lagi Cetak Pengusaha Bakso hingga Gudeg, Apa Alasannya?

10 September 2024 17:38 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menghadiri acara Entrepreneur Hub di University Club Universitas Gadjah Mada, Selasa (10/9/2024). Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menghadiri acara Entrepreneur Hub di University Club Universitas Gadjah Mada, Selasa (10/9/2024). Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki, mengaku tak ingin mencetak entrepreneur atau pengusaha tukang bakso hingga keripik. Ia menilai kalau UMKM yang dicetak tidak ada perubahan, maka nilai ekonomi tak akan bertambah dan hanya akan menambah pesaing.
ADVERTISEMENT
"Kita tidak mau lagi mencetak entrepreneur yang lama seperti tukang bakso, tukang keripik, kerupuk. Kalau di Yogya soto terus apa lagi, gudeg, bakpia, dan lain sebagainya itu," kata Teten.di University Club Universitas Gadjah Mada (UC UGM) di Kabupaten Sleman, Selasa (10/9).
"Hanya akan menambah pesaing, ya kan. Kasihan lah investor lama jangan dibunuh oleh investor baru dari kalangan pendidik," tambahnya.
Teten mengungkapkan saat ini Kemenkop dan UKM tengah memulai entrepreneur by design. Dia mengajak kalangan perguruan tinggi untuk merealisasikan rencana tersebut.
"By design itu kami kementerian koperasi sudah memutuskan perlu melahirkan entrepreneur baru itu dari kalangan perguruan tinggi. Kenapa? Karena kita butuh entrepreneur yang siap kompetitif. Yang siap tarung di dunia global termasuk pasar dalam negeri," ujar Teten.
ADVERTISEMENT
Teten sudah ada beberapa model di luar negeri seperti Korea Selatan, Jepang, hingga Australia terkait pengusaha baru yang harus disiapkan.
"UMKM sekarang itu (di Indonesia) by accident bukan by design. Karena ketika mereka melakukan usaha tidak ada riset market, riset potensi dan lain sebagainya. Tetapi karena tidak diserap lapangan kerja formal akhirnya bikin usaha sendiri. Akibatnya UMKM kita tidak produkti, tidak punya akses kepada teknologi dan akses kepada pembiayaan sangat terbatas," katanya.
Teten tak mau itu terjadi lagi. Ia berharap ke depan bisa mencontoh negara lain yang mencetak entrepreneur dengan melibatkan hasil-hasil riset.
"Lalu diinkubasi oleh inkubator di kampus. Itulah entrepreneur berbasis riset ini yang akan menjadikan ekonomi baru dan entrepreneur yang bisa kompetitif," tutur Teten.
ADVERTISEMENT