Menkop Ungkap Pembangunan Pabrik Minyak Makan Merah Molor, Apa Penyebabnya?

26 Desember 2022 18:16 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kunjungan Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), Medan, Kamis (9/6/2022). Foto: Akbar Maulana/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Kunjungan Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), Medan, Kamis (9/6/2022). Foto: Akbar Maulana/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki, mengungkapkan pembangunan pabrik minyak makan merah di Deli Serdang yang direncanakan ada awal 2023 bakal molor. Teten mengatakan kondisi tersebut karena payung hukum yang belum selesai.
ADVERTISEMENT
"Tadinya kita harapkan bulan Januari (2023) pabrik sudah mulai beroperasi, tetapi karena payung hukumnya belum ada, tertunda," kata Teten dalam Refleksi 2022 Outlook 2023 di Kantor Kemenkop UKM, Senin (26/12).
Teten menyatakan saat ini pihaknya masih menjalani proses harmonisasi Peraturan Menteri Koperasi dan UKM (Permenkop UKM) tentang mekanisme pembiayaan dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kepala Sawit (BPDPKS) untuk koperasi petani sawit.
"Saat ini masih menunggu penyelesaian harmonisasi di Permenkop-nya, Mungkin butuh waktu satu bulan ke depan. Kita harapkan selesai bulan (Desember) ini sehingga tahun depan rampung," terangnya Teten.
Teten menjelaskan dana milik petani sawit di BPDPKS dapat langsung diberdayakan untuk produksi minyak makan merah. Namun, karena regulasi dan mekanisme penyalurannya belum ada, maka belum dapat disalurkan.
ADVERTISEMENT
"Karena ini memanfaatkan dana milik petani sawit yang ada di BPDPKS yang dikumpulkan dari ekspor sawit di lembaga itu, ya itu hak petani. Namun untuk menyalurkannya itu kan regulasinya belum ada, kalau (Permekop UKM) selesai, ini bisa dilaksanakan," jelas Teten.
Meski molor, Teten mengatakan proses pembangunan pabrik minyak makan merah tidak akan memakan waktu lama. Sebab, pabriknya lebih kecil dibandingkan pabrik minyak goreng konvensional.
Teten menegaskan dua gagasan utama terkait pembangunan pabrik tersebut. Pertama, memberikan akses kepada koperasi petani sawit agar bisa produksi hasil kebun sawit sendiri dan melakukan hilirisasi. Kedua, menjadi alternatif solusi bagi masyarakat untuk mendapatkan akses minyak goreng yang terpercaya.
“Sehingga yang selama ini mereka tergantung industri besar untuk menjual hasil panennya, kini mereka punya kesempatan untuk memproduksi sendiri sawitnya sehingga dengan begitu para petani sawit bisa mendapatkan nilai tambah dari hasil kebun sawitnya.” ujar Teten.
ADVERTISEMENT
“Kita ingin koperasi tidak main di ekonomi marjinal, tapi kita ingin koperasi masuk semua sektor, termasuk sektor strategis seperti sawit. Kita pemain dunia, kita produksi 50 juta ton sawit, kita menjadi produsen terbesar,” tambahnya.