Menperin Bertemu Menteri Industri China, Bahas Manufaktur hingga Petrokimia

13 Juni 2024 8:03 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menperin Agus Gumiwang bertemu Menteri Industri dan Teknologi Informasi China, Jin Zhuanglong. Foto: Nicha Muslimawati/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menperin Agus Gumiwang bertemu Menteri Industri dan Teknologi Informasi China, Jin Zhuanglong. Foto: Nicha Muslimawati/kumparan
ADVERTISEMENT
Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita bertemu dengan Menteri Industri dan Teknologi Informasi China, Jin Zhuanglong, pada Rabu (12/6). Pertemuan tersebut membahas beberapa hal, mulai dari industri baterai mobil listrik, manufaktur, hingga petrokimia.
ADVERTISEMENT
Agus mengatakan, industri Battery Electric Vehicle (BEV) asal China turut mendukung perkembangan ekosistem mobil listrik Electric Vehicle (EV) di Indonesia.
“Dari enam industri BEV yang beroperasi di Indonesia, empat di antaranya merupakan industri BEV asal Tiongkok. Hal ini tidak hanya menunjukkan kepercayaan industri Tiongkok terhadap pasar Indonesia, tetapi juga memperkuat hubungan ekonomi kedua negara yang semakin erat,” ujar Agus saat berbincang dengan media di Park Hyatt Beijing, China.
Industri otomotif Indonesia telah mengembangkan teknologi maju yang berorientasi ramah lingkungan dan rendah emisi, dengan prioritas utama pada mobil listrik berbasis baterai (BEV). Agus menyampaikan, Indonesia merupakan pilihan paling strategis sebagai pusat produksi dan ekspor kendaraan listrik, khususnya kendaraan setir kanan yang bisa diekspor ke 54 negara pengguna.
ADVERTISEMENT
Ia juga mendorong industri mobil listrik China untuk meningkatkan kontribusi industri otomotif terhadap nilai ekspor melalui ekspor kendaraan BEV, serta menjajaki penggunaan baterai sel Nickel Manganese Cobalt (NMC) dalam negeri.
Menperin bertemu dengan Menteri Industri dan Teknologi Informasi China dan jajarannya. Foto: Kemenperin
Untuk industri petrokimia, Agus melihat peluang investasi baru yang sangat terbuka dan menguntungkan, terutama bagi para investor yang sudah berpengalaman di sektor industri petrokimia. Hal ini berdasarkan kapasitas industri petrokimia nasional yang saat ini mencapai lebih dari 14 juta ton per tahun, tetapi masih belum mampu memenuhi kebutuhan di dalam negeri.
Adapun total impor produk petrokimia mencapai 8,5 juta ton dengan nilai USD 9,5 miliar di 2023. Naik signifikan dari tahun 2022 yang mencapai 7,75 juta ton.
“Kami memahami RRT merupakan salah satu pemain global petrokimia yang berhasil mengoptimalkan berbagai sumber daya migas dan batubara menjadi produk-produk kimia yang unggul. Sehingga, kami mengundang para investor asal RRT dengan tangan terbuka, untuk berinvestasi pada sektor industri petrokimia di Indonesia dan saya memastikan akan adanya kemudahan dalam berinvestasi di Indonesia,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Kerja sama industri antara Indonesia dan China dapat terealisasi dengan baik berkat dukungan pemerintah kedua negara. “Pemerintah kedua pihak sudah seyogyanya untuk berperan dengan mendorong kerja sama tersebut khususnya bagi kalangan swasta,” tambahnya.