Menperin Soal RI Dibanjiri Baja Impor: Industri Lokal Belum Bisa Bersaing

12 Februari 2020 15:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang. Foto: Kevin Kurnianto/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang. Foto: Kevin Kurnianto/kumparan
ADVERTISEMENT
Presiden Jokowi mengeluhkan tingginya impor besi baja yang memicu defisit neraca perdagangan.
ADVERTISEMENT
Menanggapi pernyataan Jokowi, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang mengakui impor besi baja terus meningkat sepanjang tahun. Di saat bersamaan, utilisasi atau produksi pabrik dalam negeri baru 50 persen atau setengah dari total kapasitasnya. Tingginya angka impor baja hingga rendahnya utilisasi pabrik dalam negeri dipicu industri baja nasional belum kompetitif secara kualitas dan harga dibandingkan produk impor.
"Saya harus sampaikan apa adanya bahwa belum bisa berkompetisi dengan produk-produk yang berasal dari luar negeri, berkaitan dengan harga. Dan juga beberapa produk belum bisa bersaing, berkaitan dengan kualitasnya," kata Agus di Istana Negara, Jakarta, Rabu (12/2).
Untuk mendukung pabrik baja nasional, pemerintah akan mengeluarkan aturan bea masuk anti dumping dan penetapan standar SNI untuk baja impor.
ADVERTISEMENT
"Ini tak bisa kita sembarangan tetapkan SNI, karena harus dirumuskan secara baik. Dan ketiga, kita harus melihat gambaran umum dari tata niaga baja," tambahnya.
Dengan kebijakan itu, kapasitas produksi pabrik baja lokal diharapkan bisa meningkat hingga 70 persen, dari saat ini hanya 40-50 persen. Untuk mendukung produksi tersebut, kebutuhan bahan baku pun akan meningkat. Selama ini, suplai bahan baku harus impor karena pabrik dalam negeri belum memiliki teknologi untuk memproses bahan baku mentah. Lanjut Agus, Indonesia sebetulnya memiliki sumber bahan baku melimpah.
"Disampaikan Menteri ESDM bahwa kita memiliki potensi pasir besi, yang cadangan kita begitu besar bahkan di pantai Jawa yang size-nya sangat besar. Itu belum bisa diolah karena teknologi yang kita miliki. jadi perlu political will," sambungnya.
ADVERTISEMENT