Menperin Targetkan Ekspor Batik Bisa Capai USD 100 Juta

2 Agustus 2023 11:32 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang dalam The 28th Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle (IMT-GT) Ministerial Meeting di Phuket, Thailand, Sabtu (17/9/2022). Foto: Dok. Kemenperin
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang dalam The 28th Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle (IMT-GT) Ministerial Meeting di Phuket, Thailand, Sabtu (17/9/2022). Foto: Dok. Kemenperin
ADVERTISEMENT
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang menyebut ekspor batik Indonesia nilainya saat ini masih kecil , baru mencapai USD 64,56 juta pada 2022. Padahal, peluang ekspor batik masih cukup besar.
ADVERTISEMENT
Menurut Agus Gumiwang, berdasarkan data BPS yang diolah Kemenperin, nilai ekspor batik pada 2022 sebenarnya meningkat 35 persen dibandingkan tahun 2021. Adapun pada periode Januari-April 2023, nilai ekspor batik mencapai USD 26,7 juta.
"Kami targetkan mencapai 100 juta dolar AS dan terus menerus kami tingkatkan perlahan tapi pasti," kata Agus di pembukaan Gelar Batik Nusantara 2023 di Senayan Park, Jakarta, Rabu (2/8).
Agus menyebut, tradisi memakai batik harus digalakkan sebagai wujud kehormatan pada kearifan lokal. Selain itu, lanjut dia, batik memiliki nilai seni yang sangat tinggi sehingga bisa digunakan di berbagai kesempatan, baik acara resmi maupun kasual.
"Ada makna dalam kebiasaan kita menggunakan batik baik dari aspek fashion, sosial budaya, dan ekonomi," tuturnya.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, Agus mengatakan saat ini ada 4 indikasi geografis batik yaitu Batik Tulis Niti Jogjakarta, Batik Bengkulu, Sarung Batik Pekalongan, dan Batik Tulis Complongan Indramayu.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang dalam The 28th Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle (IMT-GT) Ministerial Meeting di Phuket, Thailand, Sabtu (17/9/2022). Foto: Dok. Kemenperin
Indikasi geografis batik ini, kata dia, merupakan bentuk perlindungan terhadap kekayaan intelektual atau motif batik yang jadi ciri khas suatu daerah.
"Kami garap komunitas batik agar bisa mendaftarkan produknya kepada Kemenkumham dan insyaallah pada tahun ini akan ada tambahan 2 indikasi geografis batik yaitu Batik Sogan Solo dan Batik Tuban. Ini kegiatannya bottom up harus diajukan komunitas. Oleh sebab itu, komunitasnya kami bina bersama Yayasan Batik Indonesia," tuturnya lagi.
"Kami juga mendukung agar pelaku industri batik dapat bertransformasi ke industri yang ramah lingkungan. Tahun lalu kami telah menerbitkan telah menyusun buku dengan judul 'Mengenal Industri Batik Ramah Lingkungan' yang dapat menjadi salah satu pedoman bagi pelaku industri batik dalam bertransformasi," ujarnya.
ADVERTISEMENT