Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Menperin Targetkan Serapan Garam 2025 Bertambah 17 Ribu Ton
18 November 2024 14:10 WIB
ยท
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Menteri Perindustrian (Menperin ) Agus Gumiwang Kartasasmita menargetkan serapan garam dalam negeri untuk industri meningkat sebanyak 17.000 ton tahun 2025. Ini diutarakan Agus Gumiwang setelah menggelar penandatanganan Nota Kesepahaman Penyerapan Garam Lokal antara pengusaha dan petani garam.
ADVERTISEMENT
"Ada peningkatan kuantitas dari komitmennya jadi naik sekitar (17.000 hingga) 18.000 ton untuk komitmen yang kita coba upayakan. 17.000 ton peningkatannya dari 2024 ke 2025," kata Agus Gumiwang di Kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (18/11).
Kemenperin menggelar penandatanganan nota kesepahaman atau memorandum of understanding (MoU) penyerapan garam produksi dalam negeri ini melibatkan industri pengolahan garam (IPG), industri chlor alkali, industri garam farmasi, industri farmasi, industri garam, KPGN di Kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (18/11).
Saat ini perwakilan yang berkesempatan hadir terdiri atas 8 industri pengolahan garam, 1 industri chlor alkali, 4 industri garam farmasi, 26 industri farmasi, 1 industri garam, dan 37 orang perwakilan petani atau Koperasi Petambak Garam Nasional (KPGN) dari Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Timur.
ADVERTISEMENT
Plt Dirjen Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT), Reni Yanita, mengatakan penandatanganan ini diharapkan bisa menjadi bentuk konkret kerja sama antara industri pengguna garam (IPG), KPGN serta industri pemasok garam dalam hal penyerapan garam produksi dalam negeri.
"Total rencana penyerapan mencapai 768.285,42 ton untuk tahun 2024 dan 775.702,39 ton untuk tahun 2025. Dari 2024 ke 2025 ada komitmen untuk kita paksa dia menyerap dalam negeri kan sekitar 17.000 ton, 750.000 atau 758.000 ton ke 775.000 ton," terang Reni dalam kesempatan yang sama.
Selain itu, menurut Reni hal ini juga merupakan amanah yang tertuang dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 126 Tahun 2022 tentang Percepatan Pembangunan Garam Nasional. Dalam beleid itu, Kemenperin memiliki tanggung jawab dalam penyelenggaraan pengembangan kerja sama pemasaran garam dengan target peningkatan MoU antara koperasi petambak garam dengan industri pengguna garam.
ADVERTISEMENT
Sepanjang 2023, total penyerapan garam produksi dalam negeri yang telah dilakukan oleh sektor IPG mencapai 577.925 ton. Garam yang diserap tersebut terdiri atas 3 jenis kualitas yaitu K1, K2 dan K3 yang berasal dari seluruh KPGN di Pulau Jawa, Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Timur.
Indonesia Impor 2,5 Juta Ton Garam Setiap Tahun
Lebih lanjut Reni menjelaskan, setiap tahunnya Indonesia mengimpor sebanyak 2,5 juta ton garam untuk memenuhi kebutuhan industri dalam negeri. "Kalau untuk kemarin (2024) kita tambah 2,5 juta ton keseluruhannya seperti itu tiap tahun 2,5 juta ton," imbuh Reni.
Tingginya angka importasi garam ini menurut Reni berkaitan dengan kadar garam yang dihasilkan petambak tidak sesuai dengan yang dibutuhkan oleh IPG.
ADVERTISEMENT
"Sebenarnya kalau garam ini kadar NaCl (Natrium Chloride) nya, kalau tidak dibudidayakan dengan baik, panennya gak tepat itu bisa saja NaCl nya lebih kecil. Sementara industri kan dia butuh spesifikasi itu 97 persen ke atas untuk kadar NaCl-nya," jelas Reni.
Selain itu, permasalahan lain yang membuat Indonesia harus terus menerus mengimpor garam adalah kuantitas garam yang dihasilkan di dalam negeri tidak bisa memenuhi kebutuhan IPG yang sebanyak 4,9 juta ton. Sementara produksi hanya berkisar antara 2,5 juta ton.
"Umumnya bukan hanya dari spesifikasi aja, dari kuantiti juga kurang juga, jadi kebutuhan kita hampir 4,9 juta ton, kemampuan supply dalam negeri itu hanya sekitar 2,5 juta jadi ada kekurangan hampir 2,4 juta ton," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Reni mengatakan, meskipun Indonesia merupakan negara maritim, namun memproduksi garam yang berkualitas tidak mudah dan masih menjadi tantangan. Sebab ketika kapasitas produksi garam bertambah, permintaan garam pun ikut meningkat seiring dengan semakin menjamurnya industri yang membutuhkan garam.
"Dari ceruknya yang 2,4 juta kan tiap tahun pasti ada koreksi ketika ada investasi baru kemudian ada aneka pangan kita juga mulai banyak diversifikasi produk itu juga akan menambah demandnya, ini berkejaran" tutup Reni.