Mentan Amran Sebut RI Siap Produksi B40 Januari 2025, B50 Tahun 2026

22 Oktober 2024 15:07 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman bertemu dengan Menteri BUMN Erick Thohir memberikan keterangan pers di Kantor Kementerian Pertanian pada Selasa (22/10/2024). Foto: Argya D. Maheswara/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman bertemu dengan Menteri BUMN Erick Thohir memberikan keterangan pers di Kantor Kementerian Pertanian pada Selasa (22/10/2024). Foto: Argya D. Maheswara/kumparan
ADVERTISEMENT
Menteri Pertanian Amran Sulaiman menyebut Indonesia siap memproduksi bahan bakar biodiesel B40 pada Januari 2025. Sedangkan untuk B50, produksi akan siap mulai 2026.
ADVERTISEMENT
“Biodiesel B50 kita sudah rancang, Januari B40 sudah jalan,” kata Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman kepada wartawan di Kantor Kementerian Pertanian pada Selasa (22/10).
Amran bilang, untuk memulai produksi B50 Indonesia membutuhkan 5,3 juta ton Crude Palm Oil (CPO). Amran memastikan Indonesia memiliki cukup bahan untuk memulai produksi B50.
“Kita rancang dulu B50 karena bahannya cukup. Kita cuma butuh 5,3 juta ton CPO,” lanjutnya.
Amran memastikan produksi B50 tidak akan mengganggu ekspor CPO. Saat ini Indonesia memiliki jumlah ekspor CPO sebesar 26 juta ton.
“Nggak masalah, kita ekspor 26 juta. Tinggal negara mana agak rewel-rewel dikit. Ekspor kita kan 26 juta ton. Kita untuk mencapai B35, lompat ke B50, kami butuh 5,3 juta ton. Kita proses tahun depan, mudah-mudahan paling lambat 2026 selesai (B50),” terangnya.
ADVERTISEMENT
Saat ini pabrik untuk produksi biodiesel juga sudah siap. Amran menyebut pabrik tersebut hanya perlu meningkatkan kapasitasnya agar bisa memproduksi B50.
“Pabriknya sudah ada ya, Sudah tinggal kapasitasnya ditingkatkan,” jelas Amran.
Sebelumnya, Presiden Prabowo mengatakan akan mempercepat inovasi biodiesel dari B35 menjadi B50. Menurutnya, langkah ini bisa menghemat pengeluaran Indonesia mencapai USD 20 miliar atau Rp 300 triliun (kurs Rp 15.401) per tahun.