news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Mentan Buka-bukaan soal Mafia Pangan

25 Januari 2019 9:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman. (Foto:  Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
ADVERTISEMENT
Stabilitas harga pangan merupakan salah satu kunci dari keberhasilan sebuah pemerintahan. Lonjakan harga pangan yang tak terkendali dapat membuat pemerintah kehilangan kepercayaan dari rakyat.
ADVERTISEMENT
Karena itu lah, sejak dilantik pada 27 Oktober 2014 Menteri Pertanian Amran Sulaiman berupaya memastikan agar produksi pangan mencukupi kebutuhan rakyat.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, inflasi bahan makanan/pangan yang pada 2014 mencapai 10,57 persen dapat ditekan menjadi 4,93 persen pada 2015, 5,69 persen pada 2016, dan hanya 1,26 persen pada 2017.
Inflasi yang semakin menurun itu diikuti oleh peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) dari sektor pertanian. Berdasarkan data BPS, PDB pertanian naik dari Rp 1.089 triliun pada 2014 menjadi Rp 1.184 triliun di 2015, Rp 1.267 triliun pada 2016, kemudian Rp 1.344 triliun di 2017, dan pada 2018 mencapai Rp 1.463 triliun.
Data BPS juga menunjukkan bahwa kesejahteraan petani meningkat meski kenaikan harga pangan ditekan. Indikatornya adalah Nilai Tukar Petani (NTP) dan Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) dalam 5 tahun terakhir.
ADVERTISEMENT
NTP sebesar 102,03 persen pada 2014 menjadi 101,59 persen pada 2015, 101,65 persen di 2016, 101,28 persen pada 2017, dan 102,25 persen pada 2018. Sedangkan NTUP meningkat dari 106,05 persen pada 2014, 107,45 pada 2015, 109,3 persen di 2016, 110,24 persen di 2017, dan pada 2018 mencapai 111,77 persen.
Harga di tingkat konsumen tetap terjangkau, tapi petani tetap naik kesejahteraannya. Capaian ini, kata Amran, tidak semata-mata karena produksi digenjot. Tapi ada hal lain yang lebih berat dan krusial, yakni melawan mafia pangan yang membuat harga jadi mahal.
Dalam wawancara khusus dengan kumparan pada Desember 2018 lalu, Amran buka-bukaan soal keberadaan mafia pangan. Berikut petikan wawancaranya:
Apa saja hal besar yang dicapai selama 4 tahun Bapak menjadi Menteri Pertanian?
ADVERTISEMENT
Ini ibarat anda menanyakan nilai saya selama kuliah 4 tahun. Ini yang ditanya Bapak Presiden. Kita menggunakan data yang independen, kita lihat bersama. Kami sangat hati-hati dengan data karena publik selalu mengatakan data Kementerian Pertanian itu salah. Padahal mungkin itu dimainkan oleh mafia pangan.
Hari ini saya yakin sudah tidak bisa lagi dikatakan bahwa data Kementan salah. Ini dari BPS dan ditandatangani (oleh BPS), mengatakan bahwa tingkat inflasi (pada 2017) 3,6 persen, terendah dalam sejarah. Ternyata kalau kita bedah, inflasi bahan makanan turun dari 10,23 persen jadi 1,26 persen di 2017. Ini sejarah. Dulu saya serah terima jabatan, inflasi bahan pangan Indonesia sampai 10 persen.
Menurunkan 0,1 persen saja susahnya bukan main, ini turun 88 persen selama saya menjabat. Ini capaian yang sangat sulit untuk dicapai lagi. Harus dipertahankan seperti ini, yang (menjadi Menteri Pertanian) berikutnya agak berat. Pertama dalam sejarah.
ADVERTISEMENT
Bagaimana bisa turun jauh?
Pertama, produksi pangan harus naik. Sudah 3 tahun berturut-turut harga pangan stabil kan? Harus diakui itu. Ada pengamat yang bilang ini tidak bagus karena berarti kesejahteraan petani tidak naik. Tapi ternyata kesejahteraan petani naik. NTUP naik, ini naik 5 persen. Jadi ini uniknya. Inflasi turun dahsyat, divalidasi BPS tanggal 27 November 2018. Tapi kesejahteraan petani meningkat, kemiskinan turun.
Kemiskinan turun dari 17 juta orang menjadi 15 juta (di pedesaan). Jadi kenapa? Ada disparitas harga 100-300 persen karena permainan mafia. Harga cabai di petani Rp 10 ribu per kg, di pasar jadi Rp 30 ribu padahal cuma beda 5-10 km. Kemudian kita impor bawang putih harganya cuma Rp 5.600 per kg, tiba di Indonesia jadi Rp 50.000 per kg atau naik 1.000 persen. Ini yang kami tekan keuntungannya, middleman kita tekan. Yang penting petani untung konsumen tersenyum.
ADVERTISEMENT
Rantai distribusi, inilah yang tidak diketahui oleh pengamat. Justru harga di petani kita angkat, jagung dulu Rp 1.000 per kg sekarang jadi Rp 3.150 per kg karena itu Perpres. Kita amankan petaninya, yang main di tengah kita tekan.
Bagaimana langkah-langkah Bapak untuk menekan perantara itu?
Itu pekerjaan paling besar, inilah yang menyita energi paling berat, bukan meningkatkan produksi. Kalau meningkatkan produksi gampang. Kenapa (melawan mafia pangan) paling berat? Dia punya modal besar, dia punya jaringan ke mana-mana, dan tidak jelas pelakunya, ada di area yang abu-abu. Tapi kalau kami temukan tidak ada kompromi. Di internal, kami black list 15 perusahaan, sebentar lagi jadi 21. Itu perusahaan besar, bukan kecil. Enggak ada kompromi, jangan permainkan ekonomi rakyat kecil.
ADVERTISEMENT
Ada salah satu perusahaan bisa untung sampai triliunan rupiah. Ini ada barangnya. Sudah ada 409 tersangka, ini bukan pekerjaan kecil. Setiap satu (perusahaan yang terlibat mafia pangan) kami tutup, buzzer-buzzer-nya menyerang.
Masalah pupuk palsu, rakyat miskin dengan uang pas-pasan dari KUR, tiba-tiba pupuknya palsu. Berharap 3 bulan panen tapi padinya malah mati, modalnya habis, utang menumpuk. Jangan bayangkan seperti kita, kita ini orang beruntung. Banyak saudara kita di desa, di kaki gunung, tidak mampu lalu diberi pestisida palsu, pupuk palsu, beras oplos. Mafia mengambil keuntungan sebesar-besarnya, tidak ada perikemanusiaannya.
Menurut data BPS ada surplus beras 2,8 juta ton, ada impor 1,7 juta ton sepanjang 2018, stok Bulog mencapai 2,2 juta ton, tapi harga beras tetap naik. Ada yang memainkan harga?
ADVERTISEMENT
Ini penegasan. Stok banyak, suplai banyak. Di Pasar Induk Cipinang sekarang (stok beras akhir 2018) 50 ribu ton lebih. Standarnya cuma 20 ribu ton. Melimpah beras di Cipinang padahal sebentar lagi panen. Kenapa harga naik? Supply demand tidak berlaku?
Mereka bukan orang biasa, bagaimana menghadapi mereka?
Banyak yang menasihati agar saya hati-hati, tapi setiap detik adalah takdir. Banyak ibadah, aku cinta negara ini, aku cinta generasi berikutnya. Aku wakafkan diriku untuk negeri ini, bukan main-main. Kita hanya menjabat sementara, sebentar lagi selesai.
Saya tahu jaringan mafia ada di mana-mana, bisa jadi di antara kita, bisa jadi di ruangan ini, bisa di antara teman kita sendiri, bisa di kantor kami, bahkan punya afiliasi dengan media. Saya mulai dari kantor, pejabat eselon 1 saya pecat, dirjen saya pecat. Kami juga mutasi 1.400 orang.
ADVERTISEMENT
Bayangkan mereka untung Rp 1 triliun-2 triliun. Kami amati itu, ada di mana-mana. Kalau aku bukan menteri, aku tunjukkan satu per satu.
Termasuk kawan Bapak di kabinet ada yang masuk jaringan mafia pangan?
Itu menarik, anda cari sendiri. Jangan pura-pura bertanya lah. Di mana-mana ada.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman. (Foto:  Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
Ancaman apa saja yang Bapak dapat dari mafia ini?
Macam-macam lah. Tapi yang mengatur bumi dan seisinya Allah, bukan mereka.
Ada yang pernah mencoba memfitnah atau bahkan mencelakai?
Fitnah sering sekali, baru-baru ini dikatakan ada korupsi di Kementan, di pengadaan alsintan (alat mesin pertanian). Hari itu juga, kami telepon Ketua KPK, tolong dikirim satu tim penindakan. Kirim langsung ke Kementan dan tangkap.
ADVERTISEMENT
Sekarang sudah ada Satgas KPK di Kementan, sudah 3 tahun mengawal semua anggaran. Jadi enggak ada main-main. Saya minta disadap, satkernya, termasuk menterinya.
KPK memberikan penghargaan anti gratifikasi kepada Kementan 2 tahun berturut-turut. Tidak mudah itu.
Yang berkoar-koar (memfitnah Kementan korupsi alsintan) itu berafiliasi dengan mafia.
Bagaimana tanggapan Presiden soal pemberantasan mafia pangan ini?
Lanjutkan. Luar biasa Presiden kita. Sederhana, jujur, enggak ada titipan jabatan, enggak ada keluarganya yang berbisnis dengan tidak jujur. Kami sangat kagum.