Menteri Basuki: Bangun Jalan di IKN Mengacu Perubahan Iklim & Manajemen Bencana

22 November 2022 14:26 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono di acara Seminar Internasional Climate Change, Resilience, and Disaster Management for Road di Marriot Yogyakarta, Kabupaten Sleman, Selasa (22/11/2022). Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono di acara Seminar Internasional Climate Change, Resilience, and Disaster Management for Road di Marriot Yogyakarta, Kabupaten Sleman, Selasa (22/11/2022). Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengatakan bahwa pembangunan jalan di Ibukota Negara (IKN) juga harus mengacu pada perubahan iklim serta manajemen bencana alam.
ADVERTISEMENT
Hal itu, Basuki sampaikan usai membuka Seminar Internasional Climate Change, Resilience, and Disaster Management for Road di Marriot Yogyakarta, Kabupaten Sleman, Selasa (22/11).
"Ini kan seminarnya tentang pembangunan jalan dan jembatan. Hubungannya dengan climate change dan disaster atau bencana alam. Jadi saya kira ini pada saat-saat sekarang ini seperti halnya kita mau membangun Ibukota itu 3 hal kualitas. Keberlanjutan, lingkungan dan estetika," kata Basuki.
Membangun jalan dan jembatan di Ibukota juga mengacu pada tiga hal itu. Salah satu yang paling Basuki soroti adalah soal drainase. Drainase yang baik jadi kunci suksesnya pembangunan sebuah jalan.
"Terutama tentang drainasenya. Musuh utama pembangunan jalan hanya 3. Air, air dan air. Makanya road engineer harus juga menguasai tentang hidrologi. Hydrology for transportation engineer," katanya.
ADVERTISEMENT
Dia mengatakan, biasanya engineer transportasi hanya menghitung attachment aspal tanpa melihat kawasan. Sehingga kerap terjadi gorong-gorong yang tak sebanding dengan volume air.
"Biasanya engineer transportasi hanya menghitung attachment yang aspal, padahal bisa dari kawasan. Sehingga biasanya volume dari gorong-gorong itu menjadi kecil dibandingkan volume air yang ada," katanya.
Harapan Basuki, dengan ada seminar ini, para pengembang jalan dan jembatan bisa lebih memperhatikan soal manajemen kebencanaan. Terlebih Indonesia memiliki dua musim yaitu kemarau dan hujan.
"Di sini lah seminar ini mengingatkan kepada pengembang jalan dan jembatan untuk selalu aware dengan disaster atau water related disaster. Terutama di Indonesia yang punya musim hujan dan musim kering sekarang musim hujannya pada durasi yang pendek tapi lebih besar," pungkasnya.
ADVERTISEMENT