Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Menteri ESDM: ASEAN Butuh USD 29,4 T untuk Transisi 100 Persen
31 Maret 2023 11:50 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
"Berdasarkan laporan IRENA, ASEAN membutuhkan pembiayaan sebesar USD 29,4 triliun pada tahun 2050 untuk pelaksanaan transisi energi dengan 100 persen EBT," kata Arifin saat Kick-off Keketuaan Indonesia di ASEAN untuk Sektor Energi, secara virtual, Jumat (31/3).
"Untuk itu diperlukan dukungan pendanaan dari negara maju dan juga institusi finansial global seperti gas energi partnership dan ASEAN net zero community," sambungnya.
Arifin menjelaskan, kawasan ASEAN saat ini memiliki sumber energi baru dan terbarukan (EBT) lebih dari 17.000 Gigawatt untuk mencapai target percepatan transisi energi. Untuk jangka pendek, porsi EBT pada bauran energi ditargetkan mencapai 23 persen dan porsi EBT pada kapasitas pembangkit sebesar 35 persen di tahun 2025 sesuai ASEAN Plan of Action for Energy Cooperation (APAEC).
ADVERTISEMENT
Sedangkan untuk target jangka panjang, Arifin mengatakan tercapainya Net Zero pada tahun 2050. Arifin mendorong seluruh anggota ASEAN untuk mendeklarasikan target NZE pada ASEAN Ministers on Energy Meeting (AMEM) ke-41 pada Agustus 2023.
Untuk mencapai target-target tersebut, Arifin mengatakan perlunya kerja sama dan kolaborasi yang kuat antar negara ASEAN untuk peningkatan pemanfaatan energi baru dan terbarukan secara masif, pengembangan teknologi bersih, pembangunan rantai pasok regional yang berkelanjutan, serta percepatan transfer teknologi, pengetahuan, keahlian antarnegara ASEAN, dan pendanaan dari negara maju.
Selain itu, dalam keketuaan Indonesia ASEAN 2023 untuk sektor Energi, Arifin juga mendukung pemanfaatan mineral kritis dalam transisi energi. Menurutnya, sejumlah negara di ASEAN seperti Filipina, Indonesia, Vietnam, Malaysia, dan Myanmar memiliki potensi mineral yang tinggi. Maka dari itu, diperlukan adanya upaya bersama untuk pengembangan industri hilir di kawasan ASEAN.
ADVERTISEMENT
"Juga diperlukan untuk mendukung transisi energi, memperhatikan beberapa negara ASEAN seperti Filipina, Indonesia, vietnam, Malaysia dan Myanmar memiliki potensi mineral antara lain nikel, tembaga, niobium, timah maka perlu upaya bersama pengembangan industri hilir di kawasan ASEAN," ungkap Arifin.