Menteri ESDM Bidik Dedieselisasi Pembangkit Listrik Bisa Hemat Konsumsi BBM

10 Juni 2023 10:10 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri ESDM Arifin Tasrif di Kementerian ESDM, Rabu (31/5/2023). Foto: Nabil Jahja/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menteri ESDM Arifin Tasrif di Kementerian ESDM, Rabu (31/5/2023). Foto: Nabil Jahja/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kementerian ESDM menargetkan program dedieselisasi atau konversi pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) bisa menghemat konsumsi BBM untuk suplai listrik hingga 1,5 gigawatt (GW).
ADVERTISEMENT
Menteri ESDM Arifin Tasrif menuturkan melalui program dedieselisasi ini, PLTD akan dikonversi menjadi pembangkit berbasis energi baru terbarukan (EBT), salah satunya pembangkit listrik tenaga gas dan uap (PLTGU).
Jika dikonversi menjadi PLTGU, pembangkit tersebut akan menggunakan sumber energi dari gas alam cair (liquefied natural gas/LNG) dengan harga gas bumi tertentu (HGBT) yang sudah dipatok pada USD 6 per MMBtu.
"Kita bisa menghemat 1,5 GW yang tadinya bakar diesel (BBM), kita kasih LNG dengan harga HGBT," ujarnya saat ditemui di kantor Kementerian ESDM, Jumat (9/6).
Arifin menargetkan program ini bisa rampung di tahun 2024, meskipun pendanaan untuk pelaksanaannya sejauh ini belum didukung oleh Just Energy Transition Partnership (JETP) atau pendanaan transisi energi hasil KTT G20 senilai USD 20 miliar.
ADVERTISEMENT
"Mungkin sedang dalam di-propose untuk masuk ke situ, nanti tanya sama pelaksananya PLN. Kita harapkan 2024 ini selesai semua," pungkas dia.
Sebelumnya, PT PLN (Persero) melakukan program dedieselisasi atau konversi sekitar 5.200 PLTD yang saat ini masih beroperasi di sejumlah wilayah, khususnya di wilayah terpencil.
Pada tahap awal, PLN membuka lelang mengganti PLTD menjadi pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dan baterai. PLN akan mengkonversi sampai dengan 250 megawatt (MW) PLTD yang tersebar di sejumlah lokasi di Indonesia.
Dengan konversi ke PLTS dan baterai, maka kapasitas terpasang di tahap pertama ini bisa mencapai sekitar 350 MW yang diharapkan bisa mendongkrak bauran EBT dan penambahan kapasitas terpasang pembangkit nasional.
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) berkapasitas 26,8 Megawatt Peak, yang merupakan ground mounted Solar PV terbesar di Indonesia yang digunakan untuk operasional pertambangan. Foto: Dok. AMMAN
Dalam tahap dua, PLN akan mengkonversi PLTD sisanya sekitar 338 MW dengan pembangkit EBT lainnya, sesuai dengan sumber daya alam yang menjadi unggulan di daerah tersebut dan keekonomian yang terbaik.
ADVERTISEMENT
Tak hanya konversi PLTD ke PLTS dan baterai, PLN juga telah bekerja sama dengan PT Perusahaan Gas Negara (PGN) Tbk untuk melakukan konversi 33 PLTD menjadi berbasis gas atau PLTGU, khususnya di wilayah terpencil.
Adapun program dedieselisasi PLTD saat ini masih mendominasi di wilayah Nusa Tenggara dengan porsi 65 persen, serta Maluku dan Papua dengan porsi 85,9 persen.