Menteri ESDM Pastikan Belum Ada Kajian Subsidi Pertamax Green 92

31 Agustus 2023 14:04 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri ESDM Arifin Tasrif didampingi Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto dan Dirut Pertamina Nicke Widyawati mendapat penjelasan soal pengeboran sumur migas Gulamo di Blok Rokan.  Foto:  Dok. Kementerian ESDM
zoom-in-whitePerbesar
Menteri ESDM Arifin Tasrif didampingi Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto dan Dirut Pertamina Nicke Widyawati mendapat penjelasan soal pengeboran sumur migas Gulamo di Blok Rokan. Foto: Dok. Kementerian ESDM
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Menteri ESDM Arifin Tasrif buka suara terkait usulan PT Pertamina (Persero) akan menjual produk Pertamax Green 92 menggantikan Pertalite. Produk bioetanol tersebut kemudian diusulkan untuk disubsidi pemerintah.
ADVERTISEMENT
Arifin memastikan belum ada kajian yang dilakukan oleh pemerintah terkait usulan tersebut. Hanya saja, dia menegaskan anggaran negara belum siap untuk mensubsidi produk Pertamax Green 92.
"Enggak ada tambahan subsidi. Ongkosnya siapa, dari mana?" tegasnya kepada awak media di kompleks parlemen, Kamis (31/8).
Pertamax Green 92 merupakan produk bioetanol hasil campuran Pertalite dengan Etanol 7 persen (E7). Menurut Arifin, produk tersebut terlalu mahal jika ingin disubsidi.
"Biaya naik, siapa yang mau bayar?" lanjut Arifin.
Petugas mengisi BBM jenis Pertamax. Foto: ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga
Dia menjelaskan, perbedaan harga antara Pertamax antara Pertalite disebabkan harga minyak mentah (crude) yang terus meningkat, sehingga biaya produksi Pertamax nonsubsidi terus naik.
"Makanya subsidi juga makin dengan yang sekarang ini subsidinya nambah, kan untuk membuat Pertalite dari crude juga," tuturnya.
ADVERTISEMENT
Arifin mengatakan, sejauh ini pihaknya tengah mengkaji jenis BBM ramah lingkungan dengan kadar oktan (RON) yang tinggi. Hal ini dinilai dapat mengurangi emisi seperti nitrogen oksida (NOx) dan sulfur oksida (SOx).
"Ini masih dikaji tapi intinya adalah sumbernya itu sendiri dari penghasil emisi itu yang memang harus jadi sasaran utama, dari mana sumbernya, transportasi kemudian juga dari industri," jelasnya.
Dia melanjutkan, upaya mengurangi emisi dari transportasi seperti kebijakan bekerja dari rumah (WFH), kemudian dari sektor industri seperti evaluasi standar buangan emisi dan menetapkan sanksi bagi perusahaan yang melanggar.
"Kemudian sekarang kita harus bisa bangun kesadaran masyarakat terhadap bahaya emisi itu yang namanya SOx NOx itu, jumlahnya kan banyak walaupun yang dikeluarkan sedikit kalau kendaraannya banyak kan nambah terus," tuturnya.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengusulkan Pertamina hanya menjual 3 produk bensin di tahun 2024, yaitu Pertamax Green 92, Pertamax Green 95, dan Pertamax Turbo. Artinya, BBM jenis Pertalite bakal dihapus tahun depan.
Nicke menegaskan, Program Langit Biru Tahap 2 ini masih merupakan kajian internal di Pertamina. Untuk implementasinya, akan diusulkan kepada pemerintah dan menjadi kewenangan pemerintah untuk memutuskan.
"Oleh karena itu tahun 2024 mohon dukungannya juga kami akan mengeluarkan lagi yang kita sebut Pertamax Green 92. Sebetulnya ini Pertalite kita campur dengan etanol, naik oktannya dari 90 ke 92," ungkap Nicke saat Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VII DPR, Rabu (30/8).
Secara rinci, tiga produk yang akan dipasarkan Pertamina adalah Pertamax Green 92 dengan mencampur RON 90 dengan 7 persen etanol yang disebut E7, kedua Pertamax Green 95 mencampur Pertamax dengan 8 persen etanol jadi E8, dan Pertamax Turbo.
ADVERTISEMENT
Dia menambahkan, jika nanti usulan tersebut dapat dibahas dan menjadi program pemerintah, harganya pun tentu akan diatur oleh pemerintah alias bakal disubsidi karena termasuk Jenis BBM Khusus Penugasan (JBKP).
“Tidak mungkin JBKP harganya diserahkan ke pasar karena ada mekanisme subsidi dan kompensasi di dalamnya,” terang Nicke.