Menteri Investasi Minta Anggaran Tahun 2025 Ditambah Rp 889,3 Miliar

3 September 2024 17:14 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Investasi/Kepala BKPM Rosan Roeslani saat rapat bersama Komisi VI DPR RI, Jakarta, Selasa (3/9/2024). Foto: Ghifari/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Investasi/Kepala BKPM Rosan Roeslani saat rapat bersama Komisi VI DPR RI, Jakarta, Selasa (3/9/2024). Foto: Ghifari/kumparan
ADVERTISEMENT
Menteri Investasi/Kepala BKPM Rosan Roeslani mengajukan tambahan anggaran sebesar Rp 889,3 miliar untuk tahun 2025 dalam rapat bersama Komisi VI DPR RI, Selasa (3/9). Dengan tambahan tersebut, maka total anggaran yang dibutuhkan sebesar Rp 1,57 triliun.
ADVERTISEMENT
"Anggaran yang diberikan kepada Kementerian Investasi/BKPM adalah sebesar Rp 681,88 miliar dari rencana anggaran sebesar Rp 1,57 triliun atau kurang lebih hanya 43,39 persen dari kebutuhan pembiayaan," ujarnya dalam rapat bersama Komisi VI DPR RI, Selasa (3/9).
Rosan membandingkan dengan alokasi anggaran tahun 2024 yang sebesar Rp 1,23 triliun, ada penurunan anggaran yang cukup signifikan.
Karena keterbatasan anggaran, Rosan bilang ini dapat menimbulkan konsekuensi. Seperti terbatasnya pembiayaan untuk kegiatan peningkatan konsolidasi perencanaan, hilirisasi, dan promosi penanaman modal.
"Karena kalau kita lihat dari pagu anggaran tahun 2025 tersebut kegiatan ini hanya bisa dilakukan untuk kegiatan rutin seperti belanja gaji, belanja operasional kantor, sedangkan untuk mencapai target realisasi investasi ini pembiayaan dari unit eselon pertama yang terdiri dari deputi perencanaan, hilirisasi, pengembangan, promosi, kerja sama, pelayanan, teknologi informasi, tidak akan berjalan efektif," kata Rosan.
ADVERTISEMENT
Rosan juga menyatakan dengan anggaran saat ini, dikhawatirkan tidak akan tercapainya target pertumbuhan perekonomian nasional yang disebabkan oleh rendahnya realisasi investasi tahun 2025. Dengan anggaran yang lebih rendah ini, akan terbatasnya penciptaan lapangan kerja dan investasi orientasi ekspor, dan menurunnya pelayanan kepada pelaku usaha.
"Ini juga akan mengakibatkan tidak tercapainya pertumbuhan perekonomian akibat rendahnya realisasi investasi,” ujarnya.
Sementara target investasi pada tahun depan direncanakan sebesar Rp 1.905,6 triliun, meningkat dari target tahun ini sebesar Rp 1.650 triliun.