Menteri KP Minta Pembangunan Tanggul Laut Raksasa Perhatikan Aspek Lingkungan

10 Januari 2024 15:27 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono.  Foto: KKP
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono. Foto: KKP
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Menteri Kelautan dan Perikanan (Menteri KP), Sakti Wahyu Trenggono, mengingatkan Kementerian PUPR untuk memperhatikan aspek lingkungan ketika membangun Tanggul Pantai dan Tanggul Laut (Giant Sea Wall) di wilayah Pantura Jawa. Ia menilai langkah itu perlu dilakukan untuk memaksimalkan manfaat dari tanggul laut raksasa tersebut.
ADVERTISEMENT
"Ketika pembangunan Giant Sea Wall tidak diberikan kanal-kanal, ya tinggal tunggu waktu pasti akan ada kehancuran juga. Artinya pesan yang ingin saya sampaikan adalah membangun Giant Sea Wall harus betul diperhatikan aspek ekologi," kata Trenggono saat Seminar Nasional Strategi Perlindungan Kawasan Pulau Jawa Melalui Pembangunan Giant Sea Wall di Grand Ballroom Hotel Kempinski, Rabu (10/1).
Trenggono menyebut salah satu lokasi pembangunan Giant Sea Wall di Jalan Tol Semarang-Demak. Ia mengungkapkan ekosistem laut di sana masih baik karena masih ada lahan untuk mangrove hidup dan bertumbuh.
"Laut itu harus ada kanal yang masuk dan kemudian di pesisir harus tetap dibiarkan mangrove-nya hidup. Karena di situ ada yang namanya ekosistem yang memberi kehidupan kita," ungkap Trenggono.
ADVERTISEMENT
Trenggono menegaskan ekosistem mangrove di atas pasir atau sedimentasi laut harus dibuat ketika membangun tanggul raksasa. Ia menilai mangrove, terumbu karang, dan padang lamun merupakan ekosistem yang saling berkaitan satu sama lain dan memiliki peran penting bagi komunitas biota di laut.
"Ini satu subsistem yang jadi satu infrastruktur atau satu ekosistem yang enggak boleh diputus atau dipisah," tegas Trenggono.
Lebih lanjut, Trenggono mengungkapkan terdapat tantangan besar yang akan dihadapi sektor kelautan dan perikanan di pantai utara Jawa. Misalnya, terjadi penurunan muka tanah di pantura sebanyak 1 hingga 20 cm per tahun dan banjir pesisir setinggi 5 cm hingga 200 cm.
"Sebenarnya dari semua ini kita lupa bahwa kita selama ini tidak pernah menjaga yang namanya ekologi. Ekologinya agak sedikit diabaikan karena ngurusin ekologi adalah sesuatu yang nggak ada apa-apanya, tetapi itu sangat penting sebetulnya untuk kepentingan ekonomi," tutur Trenggono.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data yang dimiliki Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), terdapat 200 ribu nelayan dan pembudidaya ikan dengan produksi perikanan mencapai 2,3 juta ton senilai Rp 45 triliun di wilayah pantai utara Jawa. Hal itu dinilai bagus untuk memaksimalkan nilai keekonomian tanggul laut raksasa.