Menumpu Asa Energi Bersih dari Hamparan dan Limpahan Waduk Cirata

14 November 2024 22:52 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Situasi PLTA Cirata, satu-satunya PLTA bawah tanah (underground) di Indonesia. Foto: Fariza Rizky Ananda/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Situasi PLTA Cirata, satu-satunya PLTA bawah tanah (underground) di Indonesia. Foto: Fariza Rizky Ananda/kumparan
ADVERTISEMENT
Semilir angin terasa menyegarkan di pinggir Waduk Cirata. Meski terik matahari menyengat kulit, rasanya tak mampu menghilangkan rasa takjub melihat hamparan waduk raksasa yang menjadi tulang punggung energi bersih di Indonesia itu.
ADVERTISEMENT
Mengapung di atas permukaan Waduk Cirata, sebuah pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) Terapung raksasa yang menjadi salah satu tonggak pencapaian transisi energi terakbar di Indonesia.
PLTS Terapung Cirata dinobatkan menjadi PLTS Terapung terbesar ke-3 di dunia dan nomor 1 di Asia Tenggara dengan kapasitas 145 megawatt (MW) Ac atau setara 192 megawatt-peak (MWp). Proyek ini dimiliki 51 persen oleh PT PLN Nusantara Power dan perusahaan energi asal Uni Emirat Arab (UEA), Masdar, sebesar 49 persen.
Proyek Strategis Nasional (PSN) tersebut menempati area Waduk Cirata seluas 200 hektare. Adapun total luas Waduk Cirata sendiri mencapai 6.000 hektare yang terletak di Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Bandung Barat, dan Kabupaten Cianjur.
Terbangun dalam 13 blok dengan lebih dari 340 ribu solar panel, PLTS ini mampu memproduksi 245 juta kilowatt per hour (kWh) energi bersih per tahun dan mampu melistriki setara lebih dari 50 ribu rumah, serta akan menekan emisi karbon lebih dari 200 ribu ton per tahun.
ADVERTISEMENT
Untuk menyusuri PLTS Terapung Cirata dibutuhkan speedboat khusus yang disediakan oleh PT PLN Nusantara Power. Berkeliling selama 20 menit saja sudah cukup untuk melihat dari dekat penampakan solar panel yang berjejer di atas permukaan air tersebut.
Senior Manajer PLN Nusantara Power UP Cirata, Ahmad Jalaludin, menjelaskan PLTS ini sudah diresmikan oleh Presiden Jokowi pada November 2023 lalu.
"PLTS Terapung Cirata merupakan PLTS nomor 3 terbesar di dunia dan nomor 1 di Asia Tenggara, yang di bulan November kemarin diresmikan oleh Pak Presiden," katanya saat menyambut awak media di Waduk Cirata, Jumat (13/9).
Presiden Jokowi resmikan PLTS Terapung Cirata di Purwakarta, Kamis (9/11/2023). Foto: Youtube/Sekretariat Presiden
Pemerintah berencana terus meningkatkan kapasitas PLTS Terapung Cirata menjadi 500 MW. Hal ini seiring dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) memperbolehkan perluasan penggunaan waduk dan danau untuk PLTS dari 5 persen menjadi 25 persen.
ADVERTISEMENT
Proyek ini menggunakan implementasi High Technology Floating PV dengan inovasi mengatasi kedalaman waduk menantang 80-100 meter, kemiringan 5-20 derajat, variasi level elevasi air waduk hingga 15 meter, dan penggunaan desain spesial untuk anchoring dan mooring dengan dasar waduk yang berlumpur.
Selain itu, tarif PLTS terapung Cirata yang sangat kompetitif, yakni hanya USD 5,8 sen per kilowatt per hour (kWh) dapat menurunkan biaya pokok penyediaan (BPP) listrik dan membuat PLN lebih mandiri dan mengurangi ketergantungan terhadap subsidi/ kompensasi.
PLTS terapung Cirata juga membantu masyarakat mendapatkan pasokan listrik yang lebih hijau. Bahkan membuka kesempatan kepada masyarakat untuk turut berpartisipasi dalam pengembangan energi hijau baik dengan Renewable Energy Certificate (REC) maupun perdagangan karbon.
ADVERTISEMENT

PLTA Bawah Tanah dari Limpahan Waduk Cirata

Waduk Cirata ternyata juga menyimpan potensi energi bersih lebih besar di bawah permukaannya. Limpahan airnya berhasil dimanfaatkan menjadi Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) terbesar di Indonesia, bahkan di Asia Tenggara, sekaligus satu-satunya yang dibangun di bawah tanah (underground).
Teknisi memeriksa solar panel pada proyek PLTS Terapung di Waduk Cirata, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Selasa (26/9/2023). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Untuk mengakses PLTA ini perlu menyusuri terowongan bawah tanah kurang lebih sepanjang 640 meter. Semakin turun ke dalam struktur bangunan di bawah tanah itu, terdapat turbin yang berputar cepat dari aliran air sehingga menghasilkan listrik.
Selain itu, ruang pusat pengendalian alias control room PLTA Cirata juga berada di bawah tanah. Beberapa pekerja PT PLN Nusantara Power yang bertugas di pembangkit itu terpantau hilir-mudik di ruangan tersebut.
Meski tidak begitu mendapat sorotan dari publik layaknya PLTS Terapung Cirata, PLTA Cirata mampu menjadi penyedia tenaga listrik ramah lingkungan yang menjadi penyangga beban puncak (peak-loader).
ADVERTISEMENT
Manajer Operasi PLTA Cirata, Prihanto Budi, mengatakan PLTA Cirata yang memiliki 8 unit ini sudah beroperasi sejak tahun 1988 dengan kapasitas terpasang 1.008 megawatt (MW). Keunikan dari pembangkit itu dibangun menembus sebuah bukit.
Manajer Operasi PLTA Cirata, Prihanto Budi. Foto: Fariza Rizky Ananda/kumparan
"Itu gunung itu dibor lubang, 8 meter diameternya. Itu airnya dari Waduk Cirata itu dialirkan kesini. Jadi waduknya kan posisinya di atas sana, dan gunung itu dibor dan airnya dialirkan ke sini," tuturnya kepada awak media di PLTA Cirata.
Prihanto menjelaskan, listrik yang dihasilkan dari PLTA Cirata langsung masuk dalam jaringan listrik Jawa Madura Bali. Selain itu, pembangkit ini juga sekaligus berperan sebagai black start. Istilah tersebut merujuk kepada kemampuan sebuah pembangkit menghidupkan kembali sistem tenaga listrik secara mandiri tanpa bantuan tenaga listrik eksternal.
ADVERTISEMENT
"Sebagai penyangga beban puncak, dan yang paling utama adalah sebagai black start. Black start itu jika sistem Jawa ini padam, blackout, itu kita yang pertama. Kita bisa operasi tanpa dari sistem luar pun kita bisa mengisi jaringan yang kosong ini," jelasnya.
Untuk mengatur kestabilan produksi listrik PLTA Cirata, operator perlu menyeimbangkan inflow atau aliran air yang masuk dari Waduk Cirata. Sebab, kondisinya akan berbeda ketika musim hujan maupun kemarau.
"Intake kita ada 4, jadi satu pintu intake itu dibuat 2 turbin. Kalau produksinya capacity factor-nya kita antara 15-16 persen. Kita setahun itu hampir 1.350 gigawatt per hour, karena kami penyangga beban puncak dan sebagai black start," tutur Prihantono.

Potensi Jumbo Energi Air di Indonesia

Situasi PLTA Cirata, satu-satunya PLTA bawah tanah (underground) di Indonesia. Foto: Fariza Rizky Ananda/kumparan
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat Indonesia memiliki potensi energi air yang sangat besar dengan total potensi mencapai 89,37 GW yang tersebar di 293 lokasi, di mana 257 lokasi di antaranya merupakan bendungan atau waduk yang dikelola Kementerian PUPR, termasuk Waduk Cirata.
ADVERTISEMENT
Staf Ahli Bidang Ekonomi Sumber Daya Alam Kementerian ESDM, Lana Saria, mengatakan pemerintah hingga kini terus berupaya mengakselerasi transisi energi di Indonesia, salah satunya adalah potensi energi dari air.
"Potensi ini terbagi dalam berbagai kategori, salah satunya adalah potensi di bendungan yang mencapai 14.701,71 MW di 257 lokasi," ungkapnya saat Forum Tematis Bakohumas di Bandung, Kamis (12/9).
Lana melanjutkan, potensi energi air ini tidak hanya terbatas pada bendungan, di mana danau-danau di seluruh Indonesia juga memiliki cadangan energi yang sangat besar. Hal ini, kata dia, mengindikasikan bahwa Indonesia punya peluang besar meningkatkan pemanfaatan sumber daya air sebagai bagian dari transisi energi bersih.
"Tercatat total potensi energi dari danau sebesar 74.665,25 MW di 36 lokasi," pungkas Lana.
ADVERTISEMENT