Menyelamatkan Biota Langka Demi Anak Cucu Kita

5 Oktober 2024 9:33 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Owa Jawa yang berada di habitat aslinya di Kawasan Hutan Lindung Malabar, Gunung Puntang, Bandung, Jumat (31/8). Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Owa Jawa yang berada di habitat aslinya di Kawasan Hutan Lindung Malabar, Gunung Puntang, Bandung, Jumat (31/8). Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Satu keluarga owa Jawa lincah berpindah dari satu dahan ke dahan lain di Kawasan Hutan Lindung Malabar, Gunung Puntang, Bandung. Mereka terdiri dari jantan dewasa bernama Wili, Sasa si betina dewasa, dan anak mereka, Jatna.
ADVERTISEMENT
7 tahun sudah keluarga owa Jawa ini berkeliaran di alam bebas sejak dikembalikan ke habitatnya pada Oktober 2017. Mereka ini ada di antara sedikitnya populasi owa yang tersisa.
Populasi owa Jawa (hylobatesmolochh) ini diperkirakan tinggal sekitar 2.000 sampai 4.000 ekor saja di dunia. Menjadikan primata ini salah satu satwa yang dilindungi dan masuk dalam daftar merah International Union for Conservation of Nature (IUCN) dengan status terancam punah (endangered), serta daftar Apendiks I CITES.
Persebaran owa Jawa kini hanya terbatas di Pulau Jawa bagian barat, dan menjadikannya spesies owa paling langka di dunia.
Menurut Manajer Program Yayasan Owa Jawa, Pristiani Nurantika, pelepasliaran Owa Jawa ke habitat aslinya di Gunung Puntang sudah dilakukan sejak 2013, dengan total owa Jawa yang dilepasliarkan berjumlah 42 individu. Yayasan Owa Jawa terus melakukan monitoring terhadap puluhan owa Jawa ini sejak dilepasliarkan.
Owa Jawa yang berada di habitat aslinya di Kawasan Hutan Lindung Malabar, Gunung Puntang, Bandung, Jumat (31/8). Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
"Proses monitoring dilakukan dengan kegiatan pengamatan perilaku satwa dari jarak yang aman, yakni 15-20 meter. Pengamatan kami lakukan secara manual," ujar Pristiani saat melakukan monitoring perkembangan owa Jawa di Kawasan Hutan Lindung Malabar, Gunung Puntang.
ADVERTISEMENT
Terakhir pada 10 Agustus 2024, 5 individu owa Jawa dilepasliarkan bertepatan dengan Hari Konservasi Alam Nasional. Upaya ini dijadikan Pertamina Hulu Energi (PHE) melalui PEP Subang Field Regional Jawa, Subholding Upstream Pertamina yang berkolaborasi dengan Yayasan Owa Jawa, sebagai upaya menyelamatkan primata langka di Gunung Puntang.
"Konservasi owa Jawa termasuk dalam program pelestarian keanekaragaman hayati yang diusung Perusahaan," ujar Direktur Eksplorasi PHE, Muharram Jaya Panguriseng, yang turut dalam rombongan monitoring yang dilakukan pada Jumat (30/8).
Konservasi owa Jawa masuk dalam program pelestarian keanekaragaman hayati yang diusung Subholding Upstream Pertamina ini, dan merupakan bagian dari dukungan untuk pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) poin 15, yaitu melindungi, memulihkan, dan mendukung penggunaan ekosistem darat berkelanjutan dan menghambat hilangnya keanekaragaman hayati.
ADVERTISEMENT
Grup BUMN energi ini memang menjadikan penyelamatan keanekaragaman hayati salah satu misi SDGs mereka. Contoh lainnya yang pernah kumparan kunjungi, Pusat Konservasi Elang Kamojang di wilayah Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang.
Pusat konservasi yang dibangun sejak 2014 ini merupakan tempat penyelamatan, pelepasliaran, rehabilitasi, serta edukasi yang dikhususkan untuk satwa elang, terutama spesies elang Jawa atau Nisaetus Bartelsi yang telah berstatus endangered berdasarkan data The IUCN Red List of Threatened Species.
Seekor elang ular bido (Spilnornis cheela) berada di dalam kandang rehabilitasi di Pusat Konservasi Elang Kamojang (PKEK), Garut, Jawa Barat. Foto: Indrianto Eko Suwarso/Antara Foto
Saat kumparan berkunjung pada pertengahan 2023, ada 142 elang Jawa dalam kondisi sakit tengah dirawat di pusat konservasi ini. Mereka baru akan dilepas ke alam liar ketika sudah dalam kondisi pulih.
General Manager Area Kamojang, Rahmad Harahap, menyebut spesies endemik yang ada di area Kamojang ini jadi salah satu yang diselamatkan Pertamina karena populasinya berada di ambang kepunahan. Seluas 116 hektare hamparan lahan di area operasional dimanfaatkan sebagai kawasan konservasi.
ADVERTISEMENT
"Sudah sejak 2014 kami berperan nyata dalam mendukung hadirnya pusat konservasi elang Kamojang," tuturnya.
Berdasarkan data terbaru PGE, sepanjang tahun 2023 ada total 190 ekor yang diselamatkan. Kemudian hingga Juni 2024, jumlahnya mencapai 202 ekor.
Petugas jaga memantau kondisi elang di Kandang Observasi Pusat Konservasi Elang Kamojang di dataran tinggi Kamojang, Garut, Jawa Barat. Foto: ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso

Upaya Perlindungan dan Konservasi Keanekaragaman Hayati

Komitmen pelestarian flora dan fauna ditunjukkan Pertamina lewat program perlindungan dan konservasi keanekaragaman hayati.
Berdasarkan sustainability report Pertamina tahun 2023, perseroan merancang 16 program perlindungan keanekaragaman hayati, di antaranya pembentukan kawasan konservasi sebagai habitat baru bagi spesies-spesies yang terganggu kegiatan operasi.
Lewat program ini, kurang lebih sebanyak 700.000 ekor fauna dari 261 spesies telah dikonservasi. Pertamina juga telah melakukan konservasi terhadap flora sebanyak 628.065 tumbuhan dari 28 spesies, di antaranya jenis tumbuhan mangrove dan anggrek.
Owa Jawa yang berada di habitat aslinya di Kawasan Hutan Lindung Malabar, Gunung Puntang, Bandung, Jumat (31/8). Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Secara keseluruhan, Pertamina mengelola 96 kawasan konservasi melalui kerja sama dengan perguruan tinggi, lembaga independen, hingga masyarakat.
ADVERTISEMENT
Sebagian wilayah operasi Pertamina berdekatan dengan kawasan dilindungi atau kawasan bernilai keanekaragaman hayati tinggi. Pertamina memastikan kegiatan di wilayah operasional yang berada dan/atau berdekatan dengan wilayah dilindungi/kawasan bernilai keanekaragaman hayati tinggi, telah dilengkapi dokumen perizinan dari KLHK.
Selain juga menerapkan hierarki mitigasi: avoid, minimize, remediate, offsite, dengan memperhatikan ketentuan yang mengatur kegiatan inventarisasi dan verifikasi kawasan dengan nilai keanekaragaman hayati tinggi dari KLHK.
Hingga akhir 2023, Pertamina juga telah mengidentifikasi wilayah operasi yang berdekatan dengan kawasan dilindungi dan bernilai keanekaragaman hayati tinggi.
Sebelum menjalankan operasional, Pertamina bakal menjalankan terlebih dahulu perlindungan keanekaragaman hayati ini. Pengelolaannya mengacu pada standar IUCN dan IPIECA untuk mencapai net positive impact.
Luas Wilayah Konservasi yang Dikelola Pertamina Berdasarkan Segmen Bisnis:
ADVERTISEMENT
Tahun lalu, terdapat beberapa kegiatan konservasi keanekaragaman hayati di wilayah operasi, di antaranya rehabilitas daerah aliran sungai (DAS). PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM) misalnya, merehabilitasi DAS di Hutan Produksi Kendilo seluas 669 hektare di Kabupaten Paser, Provinsi Kalimantan Timur.
PHM merehabilitasi alam dan pelestarian lingkungan melalui program rehabilitasi DAS mencapai total 2.189 hektare, lebih luas dari kewajiban Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH) yakni seluas 1.986,40 hektare.
Lalu, PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) merealisasikan program penanaman pohon dalam rangka pemenuhan kewajiban Izin IPPKH dan untuk rehabilitasi DAS di Blok Hutan Produksi Terbatas Pedamaran, Wilayah V Lempuing-Mesuji, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), dengan luas 250 hektare. Program Rehabilitasi DAS ini akan berlangsung selama tiga tahun sejak awal tahun 2023 hingga 2025, dengan target penanaman pohon sebanyak 210.000 batang.
Jumlah spesies dilindungi berdasarkan IUCN.
Adapun Pertamina Foundation melakukan kerja sama dengan Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih (BBTNTC) KLHK, untuk mengelola Whale Shark Center (WSC) dalam upaya penyelamatan hiu paus.
ADVERTISEMENT
Taman Nasional Teluk Cenderawasih secara konsisten telah memantau populasi hiu paus sejak tahun 2011. Hingga Agustus 2023, telah teridentifikasi 188 individu hiu paus dengan rincian 165 ekor jantan, 6 ekor betina, serta 17 ekor yang belum teridentifikasi jenis kelaminnya.
Saat kumparan berkunjung pada pertengahan 2024 ke Kwatisore, Kabupaten Nabire, Papua Tengah ini, jumlah hiu paus sudah mencapai 203 ekor.
"Semula populasi hiu paus di TNTC terdapat 195 ekor hiu paus. Sejak monitoring bersama di lakukan pada November 2023, kami bisa memonitor dan mencatat adanya individu baru sehingga jumlahnya mencapai 203 hiu paus per Mei 2024. Semoga ke depan, angka ini bisa terus bertambah untuk memonitoring populasi dan pergerakan hiu paus di area TNTC ini, “ ujar Pengendali Ekosistem Habitat Seksi Pengelolaan TNTC Wilayah 1 Kwatisore, Sumaryono.
PT Pertamina International Shipping (PIS) bersama Kemeterian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melakukan tagging hiu paus di Kwatisore, Papua, Jumat (7/6/2024). Foto: Sinar Utami/kumparan
Selain monitoring, upaya konservasi di TNTC juga dilanjutkan dengan proses tagging hiu-hiu paus untuk merekam dan mengolah data perilaku hiu paus. Di mana salah satu pemanfaatan data adalah untuk mempelajari rute migrasi hiu paus di area perairan Papua.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan laporan IUCN, hiu paus masuk ke dalam daftar merah terancam punah sejak 2016. Sejak itu upaya konservasi hiu paus terus digalakkan oleh berbagai pihak, termasuk oleh Pertamina lewat Pertamina International Shipping (PIS), sebagai perusahaan yang bergerak dan industri maritim dan memiliki perhatian besar untuk keberlanjutan ekosistem kelautan Indonesia
Corporate Secretary PIS, Muh Aryomekka Firdaus, mengatakan kerja sama ini juga bukti komitmen PIS untuk mendukung program Sustainable Development Goals (SDG), terutama poin 14 tentang life below water.
"Sebagai pelaku industri maritim terbesar di Indonesia, sudah menjadi kewajiban bagi kami untuk menjalankan bisnis dengan prinsip berkelanjutan demi menjaga keasrian lingkungan, yang akan kita wariskan ke generasi mendatang,” kata Aryomekka.
ADVERTISEMENT
Sementara PHE OSES dan Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu (BTNKpS) melakukan aksi konservasi berupa transplantasi 30 fragmen karang dan pelepasan 200 ekor tukik. Kerja sama tersebut bertujuan untuk meningkatkan kepedulian pelestarian sumber daya alam dan ekosistem di TN Kepulauan Seribu untuk mendukung kesejahteraan masyarakat sekitar.
ADVERTISEMENT
Salah satu bentuk kegiatan pengembangan kapasitas masyarakat adalah pengelolaan rumah penyu yang mengikutsertakan Karang Taruna Pulau Sabira, dengan keberhasilan menetaskan lebih dari 1.200 tukik penyu sisik yang berstatus dilindungi.
Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati, mengatakan sebagai pemimpin transisi energi di Indonesia, Pertamina terus menjalankan bisnis yang berkelanjutan dan ramah lingkungan, serta menjadi garda terdepan dalam menjaga ketahanan dan kemandirian energi nasional.