Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Menyusun Detail demi Memikat Hati Pelanggan
23 Januari 2017 8:37 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:19 WIB
ADVERTISEMENT
“Mau sepatu atau baju beda dari yang lain? Klik ini aja, sist.”
ADVERTISEMENT
Pasti kamu sering melihat kalimat semacam itu berseliweran di media sosial seperti Facebook dan Instagram. Dua medsos itu paling sering jadi tempat para pedagang online buka lapak.
Jagat maya kini memang menjadi lokasi jualan yang strategis. Apalagi hampir semua orang sekarang membawa ponsel dan membuka media sosial via mobile secara berkala.
Bisa dibilang, persaingan bisnis kian ketat. Para wirausaha lantas mencoba menarik perhatian konsumen dengan melakukan diferensiasi produk.
Mereka mesti berinovasi, alias tampil beda dengan “toko sebelah.” Salah satunya dengan membuat produk sesuai keinginan pembeli. Istilahnya kustomisasi produk.
Dengan melakukan kustomisasi, produk yang sama belum tentu sama. Tiap produk disesuaikan dengan keinginan dan kebutuhan masing-masing konsumen. Tidak seragam meski misal penampilan luar produk seperti serupa.
ADVERTISEMENT
Pedagang yang melakukan kustomisasi produk berharap, pembeli merasa puas lantas menjadi pelanggan setia.
Dari mana sih muncul ide kustomisasi produk?
Pertama, bisa jadi dari psikologis masyarakat masa kini yang merasa senang bila selaku individu, mereka punya ciri khas yang membedakannya dengan kebanyakan orang.
“Aku beda loh,” kata mereka sembari menampilkan faktor pembedanya itu dengan bangga.
Maka prinsip kustomisasi ialah: karena tiap individu itu unik, tak bisa disamakan antara satu dengan lainnya.
Nah, produk berbeda bisa membuat seseorang menjadi istimewa secara instan, from the outer look.
Karena bumi sudah dipenuhi umat manusia, menjadi berbeda --center of attention, kadang memang diidamkan sejumlah orang.
Kedua, karena tiap orang punya kebutuhan berbeda. Ketiga, karena kegemaran tiap orang juga berbeda.
ADVERTISEMENT
Pengusaha yang baik, tahu psikologis konsumen. Dan dari situ, mereka bisa meraup untung.
Diferensiasi produk, lebih spesifik lagi kustomisasi, misalnya dilakukan oleh Donny Ariyanto, pemilik Studio Motor di Bintaro, Tangerang Selatan. Ia melakukan kustomisasi motor vintage.
Saat kumparan menyambangi Studio Motor beberapa waktu lalu, Sabtu (7/1), estetika di bengkel yang jadi satu dengan rumah itu amat terasa. Dinding bengkel berhias kata-kata mutiara bernuansa Harley-Davidson.
Di sudut bengkel, berdiri gagah 8 kuda besi yang siap ditunggangi.
Studio Motor berdiri tahun 2008 di Tanah Kusir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Semula bengkel motor biasa dengan modal awal kurang dari Rp 100 juta, pada 2010 beralih menjadi bisnis kustomisasi motor.
Pada 2012, Studio Motor pindah ke Jalan Kesehatan, Bintaro, masih di selatan Jakarta.
ADVERTISEMENT
Donny mengatakan, bengkelnya sudah punya tempat tersendiri di hati pelanggan --yang mayoritas pengusaha.
Salah satu yang pernah menggunakan jasa Studio Motor ialah Ari Lasso, penyanyi yang juga mantan vokalis grup band Dewa 19.
Studi Motor yang telah berdiri 8 tahun, hingga kini terus berkembang. Produknya berhasil menembus pasar internasional, yaitu Belgia dan Qatar.
Tarif kustomisasi untuk satu motor di Studio Motor dipatok Rp 40 juta. Ini untuk konsumen yang membawa motor sendiri. Bengkel tak sepenuhnya melakukan kustomisasi, tapi juga bersifat modifikasi.
Biaya berbeda dikenakan untuk pembeli yang tidak membawa motor sendiri. “Jika semua mesin, kerangka, dibuat oleh Studio Motor, harganya Rp 50 juta, sudah dengan perizinannya.”
Tiap bulan, Studi Motor bisa menerima 5-8 pesanan, dengan omzet minimal Rp 200 juta.
ADVERTISEMENT
Donny dan 12 pegawainya di Studi Motor setidaknya menghabiskan 2-6 bulan untuk mengerjakan satu motor, tergantung dari tingkat kesulitan dan ketersediaan komponen.
Setelah kustomisasi rampung dan motor berada di tangan pembeli, konsumen mendapatkan garansi enam bulan.
Beda bisnis, beda kisah. Bisnis lain yang digandrungi masyarakat, khususnya perempuan, yakni sepatu. Salah satunya adalah Adorable Projects Indonesia, toko sepatu online asal Cimahi, Bandung.
Adorable Projects didirikan sejak 2008 oleh Ira Hanira dan suaminya, Fajar. Bisnis ini semula hanya menjual aksesoris wanita seperti gelang dan kalung. Tahun 2010, bisnis mereka berkembang, merambah produksi sepatu cantik.
Adorable Projects mendulang untung tiap tahun. Pada 2012, Adorable Projects Indonesia membuat Adorable Projects Custom.
ADVERTISEMENT
Adorable Projects Custom lahir berdasarkan permintaan pembeli yang ingin mendesain sepatu sesuai selera. Maka, Adorable Projects Custom bagaikan ibu peri yang mengabulkan permintaan tuannya.
Sanufiansyah Satjakusuma, penanggung jawab Adorable Projects Custom, mengatakan memesan produk Adorable Custom cukup mudah. Pembeli tinggal menghubungi customer service (CS) Adorable melalui instant messenger seperti WhatsApp, LINE, dan Blackberry Messanger. Selanjutnya, CS akan meminta beberapa detail kaki pembeli.
“Kami butuh panjang kakinya, butuh gambaran bentuk kaki dan lingkar diameter kaki. Kami minta sedetail mungkin supaya sesuai dengan kaki mereka. Desain bebas. Mereka bisa kasih kami foto atau sketsa pribadi,” kata Sanu kepada kumparan, Rabu (18/1).
Detail memang penting dalam bisnis kustomisasi. Sebab keinginan satu orang berbeda dengan yang lainnya.
ADVERTISEMENT
Seperti dikatakan perancang busana Italia Giorgio Armani yang produknya kini mendunia, “To create something exceptional, your mindset must be relentlessly focused on the smallest detail.”
Pembuatan sepatu custom di Adorable sedikitnya membutuhkan waktu dua minggu. Konsumen mesti menunggu untuk mendapat sepatu sesuai keinginan mereka, sebab ini bukan beli sepatu siap pakai.
Jika pembeli telah memberikan contoh desainnya kepada CS Adorable, CS akan berkonsultasi kepada pembuat pola, apakah rancangan tersebut bisa dibuat atau tidak. Selanjutnya, CS memberitahukan kepada pembeli hasil diskusinya dengan pembuat pola.
“Kami juga memberikan saran, bahan apa yang sesuai untuk sepatu mereka, apakah faux leather atau yang lain, supaya sepatunya bagus,” Sanu.
Agar tercipta kualitas sepatu yang baik, Adorable tak menggunakan sembarang pengrajin. Mereka perlu pengrajin dengan perhatian tinggi terhadap detail, karena dibutuhkan akurasi dan presisi tajam dalam membuat sepatu yang tak sama satu sama lain.
ADVERTISEMENT
Jika meleset 0,1 cm saja, sepatu tidak akan nyaman digunakan oleh pengguna. Maka kualitas akhir jadi pertaruhan Adorable.
Hingga saat ini, pengrajin yang dimiliki Adorable Projects Custom berjumlah 16 orang. Mereka terbagi atas 2 orang pembuat pola, seorang pembuat gurat (merancang desain dari pola ke bahan), 3 orang perancang wajah sepatu, dan 9 orang pemasang sol.
Dalam sepekan, Adorable Custom bisa menerima 150 pesanan. Maka dalam sebulan, Adorable rata-rata menerima 600 pesanan sepatu.
Harga sepatu dibanderol mulai dari Rp 275 ribu sampai Rp 500 ribu, dengan bahan yang sering dipesan yaitu faux leather.
Harga berbeda untuk tiap sepatu. “Tergantung dari model, tinggi (ukuran), dan aksesorisnya. Semakin besar dan semakin banyak aksesoris, harga semakin mahal,” ujar Sanu.
ADVERTISEMENT
Ukuran sepatu yang lebih sering dipesan pembeli yaitu 38-40. Pelanggan Adorable paling banyak ialah mahasiswa asal Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Kalimantan (Banjarmasin, Samarinda, Pontianak).
Pembeli sepatu buatan Adorable tak cuma masyarakat Indonesia, tapi juga mancanegara.
“(Pembeli) paling jauh di London, pesan sepatu bot bulan Oktober 2016. Kami pakai shipping untuk mengirimkannya. Kami juga sering ngirim ke Singapura dan Malaysia,” kata Sanu.
Bagaimana dengan kamu? Lebih suka beli barang siap pakai atau dikustomisasi lebih dulu? Tentu semua sesuai selera pribadi.
Jangan lewatkan juga kisah berikut