Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
ADVERTISEMENT
Masyarakat Tionghoa Peranakan turut menghasilkan banyak kreasi yang memperkaya budaya Indonesia. Salah satunya pada kerajinan batik .
ADVERTISEMENT
Misalnya batik shio, yaitu batik motif yang dibuat oleh para peranakan Tionghoa. Batik ini menggunakan karakter astrologi dari China atau shio. Nuansanya pun relatif cerah mentereng dengan menabrakkan warna-warna kuat seperti merah, kuning, biru, hijau dan hitam.
kumparan berkesempatan mengunjungi salah satu gerai pameran dalam acara BRIFFEST 2019 yang menghadirkan banyak UMKM, salah satunya yang UMKM yang memproduksi batik Shio.
Marketing Kait Handmate yang menjual batik shio, Okky, mengatakan bahwa batik shio tersebut tercetus pertama kali sekitar tahun 2006 lalu. Hampir semuanya dikerjakan dengan bahan baku lokal, kecuali benang yang masih diimpor dari China.
"Gabungan batik Indonesia dan zodiak China. Kan ada 12 zodiak berdasarkan tahun, itu inspirasi kita. Yang membedakan, ini batik budaya Indonesia dicampur dari gambarnya Thionghoa," ujar Okky ketika ditemui kumparan di JCC Senayan, Jakarta, Minggu (22/12).
ADVERTISEMENT
Okky menjelaskan, proses desain batik shio itu dilakukan secara orisinal sendiri. Sementara dalam pengerjaannya, batik ini dilakukan di Malang dan Jawa Tengah.
"Dikirim ke Pekalongan, ada Jogja. Masuknya batik tulis. Pewarnaan di Jateng. Di Malang finishing dan baru didistribusikan ke kita (Jakarta)," sambungnya.
Perempuan berusia 39 tahun itu menuturkan, batik shio yang diproduksinya kini telah dipatenkan. Dalam sebulan, setidaknya ada puluhan batik yang sanggup diproduksi.
Sementara, distribusinya banyak dilakukan di gerai-gerai, media sosial hingga pameran. Harga tiap satuannya, di kisaran ratusan ribu hingga jutaan rupiah. "Bahannya katun nomor satu," kata dia.
Para pembeli batik shio, kata dia, berasal dari berbagai tempat di Indonesia. Selain pasar domestik juga ada pembeli luar negeri seperti di Taiwan dan Jepang.
ADVERTISEMENT
"Tapi kita belum (ekspor) besar-besaran, masih hand carry. Dalam sebulan paling sekitar 15-25 potong," katanya.