Meski Harga Sawit Melonjak, Pemerintah Pastikan Tak Akan Kurangi Campuran B30

24 Maret 2022 20:09 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pengisian bahan bakar Biodiesel B30 pada mobil truk di Kementerian ESDM. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Pengisian bahan bakar Biodiesel B30 pada mobil truk di Kementerian ESDM. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
Lonjakan harga minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) beberapa waktu ini, dikabarkan turut berdampak pada program biodiesel dari minyak kelapa sawit. Bahkan, muncul kabar pemerintah akan memangkas campuran biodiesel 30 persen (B30) ke B25 atau B20.
ADVERTISEMENT
Ketua Harian Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi) Paulus Tjakrawan mengatakan Menko perekonomian Airlangga Hartarto sudah memastikan bahwa tidak akan ada pemangkasan B30.
"Konfirmasi dari Menko Airlangga bahwa tidak ada rencana penurunan campuran biodiesel. Tadi siang, juga pada waktu wawancara dengan Pak Menteri ESDM sudah dikatakan bahwa tidak ada rencana (pemangkasan)," kata Paulus usai acara "3rd Palm Biodiesel Conference" di Hotel Sheraton Mustika, Kabupaten Sleman, DIY, Kamis (24/3).
Di sisi lain, saat ini sedang direncanakan untuk meningkatkan campuran biodiesel ke persentase yang lebih tinggi. Meski, saat ini masih memerlukan uji laboratorium lebih lanjut untuk pemanfaatan biodiesel dengan persentase campuran yang lebih tinggi.
"Kita sekarang merencanakan untuk menaikkan. Meskipun saat kita sedang melakukan uji lab, nanti kalau sudah sepakat semua dengan stakeholder siapa saja? Pertamina, ESDM, PT Migas, ITB, dan Gaikindo yang memiliki kendaraan sepakat dapat melakukan uji jarak 50 ribu km, tidak mudah itu biasanya 6 sampai 7 bulan, setiap 10 ribu km kita cek semua itu engine-nya dari ujung sampai ujung dicek semuanya di lab. Jadi lama," katanya.
ADVERTISEMENT
"Kita sedang mengupayakan itu. Jadi tidak ada rencana dari pemerintah untuk menurunkan campuran (B30) saat ini, sudah ada konfirmasi," tegasnya
Ketua Harian Umum Aprobi, Paulus Tjakrawan Foto: Ema Fitriyani/kumparan
Paulus menjelaskan dalam pertemuan yang dilakukan paralel dengan Energy Transitions Working Group (ETWG) 1 Presidensi G20 ini tak lain untuk mengajak negara produsen biodiesel untuk bisa bekerja sama. Baik itu dalam hal riset hingga kemajuan masing-masing negara.
"Ini adalah momentum emas untuk memperbaharui supaya kolaborasi di antara negara-negara produsen sawit untuk memanfaatkan biodiesel berbasis sawit berkelanjutan," katanya.
Pertemuan hari ini dihadiri oleh sejumlah negara produsen kelapa sawit seperti Malaysia, Thailand, hingga Kolombia. Para negara ini telah berkomitmen untuk secara inklusif mengakselerasi transisi energi bersih melalui biofuel.
"Mentransformasi peran kebijakan biodiesel untuk keamanan energi. Biodiesel sebagai transisi energi mengingat perannya dalam dekarbonisasi sektor transportasi," pungkasnya.
ADVERTISEMENT