Meski Lebih Ramah Lingkungan, Mengapa Kendaraan Berenergi Hijau Lebih Mahal?

14 Oktober 2022 15:51 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
11
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana Kompetisi Shell Eco-marathon 2022 di Sirkuit Mandalika hari ke-2, Kamis (13/10/2022). Foto: Akbar Maulana/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Suasana Kompetisi Shell Eco-marathon 2022 di Sirkuit Mandalika hari ke-2, Kamis (13/10/2022). Foto: Akbar Maulana/kumparan
ADVERTISEMENT
Pemerintah Indonesia kini tengah mendorong pemakaian kendaraan ramah lingkungan untuk menggantikan kendaraan berbahan bakar fosil. Meski lebih ramah lingkungan, kendaraan energi hijau ini dibanderol dengan harga yang lebih mahal.
ADVERTISEMENT
Global General Manager Shell Eco-marathon Norman Koch mengungkap bahwa setiap inovasi teknologi baru, seperti kendaraan berbahan bakar ramah lingkungan, selalu harganya lebih mahal. Hal itu menurutnya karena biaya riset yang cukup mahal.
"Setiap kali Anda membeli kit baru, inovasi baru, harganya cenderung lebih mahal karena saya menganggap biaya pengembangan harus dipulihkan," kata Norman saat media gathering di Sirkuit Mandalika, Jumat (14/10).
Hal tersebut kemudian menjadi salah satu alasan utama diselenggarakannya kompetisi kendaraan hemat energi Shell Eco-marathon. Norman mengatakan, dari kompetisi ini banyak ide dan inovasi baru yang terus berkembang.
Global General Manager Shell Eco-marathon, Norman Koch. Foto: Akbar Maulana/kumparan
Tidak hanya lebih efisien bahan bakar, inovasi-inovasi yang lahir dari Shell Eco-marathon juga memanfaatkan komponen-komponen baru yang bisa menekan harga pembuatan kendaraan berbahan bakar ramah lingkungan.
ADVERTISEMENT
"Jadi ambil satu contoh, bobot mobil adalah hal yang sangat penting dalam Eco-marathon, semakin sedikit bobot yang harus anda kendarai, semakin sedikit energi yang berkurang di lintasan," ujarnya.
Pihaknya mencatat, kendaraan paling ringan yang berlaga di Shell Eco-marathon ini memiliki berat sekitar 23-24 kilogram. Kendaraan tersebut menggunakan bahan serat karbon, namun khusus bahan ini, meski ringan harganya justru lebih mahal.
"Dan itu lah yang mahasiswa lakukan. Mereka punya eksperimen, misalnya di Shell Eco-marathon dengan bambu. Jadi setiap pengembangan meningkatkan tingkat efisiensi kecanggihan teknis, atau mencapai hal yang sama tetapi dengan biaya yang lebih rendah," ujarnya.
Norman berharap, di masa depan akan ada teknologi kendaraan dengan efisiensi bahan bakar tinggi namun dengan tingkat harga yang jauh lebih terjangkau.
Suasana Kompetisi Shell Eco-marathon 2022 di Sirkuit Mandalika hari ke-2, Kamis (13/10/2022). Foto: Akbar Maulana/kumparan

Meski Mahal, Kendaraan Listrik Makin Diminati

Meskipun harganya lebih mahal, namun kendaraan listrik semakin diminati masyarakat. General Manager, E-mobility & Strategic Growth Asia Shell, Tracy Xie memprediksi akan ada kenaikan angka kendaraan listrik secara global, seiring dengan infrastruktur pendukung yang terus dibangun membuat masyarakat lebih yakin untuk mengguakan kendaraan berbaterai listrik.
ADVERTISEMENT
"Diprediksi akan ada 31.000 mobil listrik di tahun 2030 dan 140.000 motor listrik. Kita sangat penasaran dengan future mobility dan Indonesia menjadi bagian yang sangat penting," kata Tracy.
Sementara, Vice President Marketing Mobility Shell Indonesia Dian Kusumadewi mencatat, penjualan kendaraan listrik di Indonesia pada tahun 2019 berkisar di angka 800 unit. Kemudian tren tersebut membaik menjadi sekitar 1.300 unit di tahun 2020 dan meningkat menjadi kisaran 4.000 unit di tahun 2021. Sepanjang Januari-Juli 2022, penjualan kendaraan listrik sudah hampir menyamai capaian 2021.
Vice President Marketing Mobility Shell Indonesia, Dian Kusumadewi. Foto: Akbar Maulana/kumparan
Meski jumlah penjualan sudah di angka 4.000-an, Dian mengatakan rasio penjualan kendaraan listrik masih kecil, yakni 0,9. Namun dia optimistis rasio tersebut bisa meningkat dengan komitmen dan arah kebijakan pemerintah dalam meningkatkan pemakaian kendaraan listrik di Indonesia.
ADVERTISEMENT
"Kita lihat ada target yang ditetapkan pemerintah. Contohnya 25 persen dari penjualan kendaraan adalah kendaraan listrik di tahun 2030. Kalau sekarang 0,9, tahun 2030 targetnya 25 persen," ujarnya.