Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.1
Meski Neraca Perdagangan RI Surplus Lagi, Kemenkeu Tetap Waspadai Gejolak Global
17 Februari 2025 16:44 WIB
·
waktu baca 2 menit
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Capaian tersebut membuat neraca perdagangan Indonesia mencatatkan surplus selama 57 bulan berturut-turut atau sejak Mei 2020.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan (Kemenkeu ), Febrio Kacaribu, mengatakan surplus neraca perdagangan ini menunjukkan perekonomian Indonesia resilien di tengah perdagangan global yang masih mengalami pelemahan.
"Surplus ini antara lain didorong oleh upaya peningkatan nilai tambah produk dan diversifikasi perdagangan, sebagaimana terlihat pada kontribusi sektor industri pengolahan, pertanian, dan perkebunan yang mengalami peningkatan terhadap neraca perdagangan,” kata Febrio melalui keterangan tertulis, Senin (17/2).
Ekspor Indonesia pada Januari 2025 tercatat USD 21,45 miliar, meningkat sebesar 4,68 persen secara tahunan atau year on year (yoy). Peningkatan ekspor didorong oleh kenaikan ekspor nonmigas di tengah kontraksi ekspor migas.
ADVERTISEMENT
Secara sektoral, ekspor sektor pertanian dan sektor industri pengolahan tercatat tumbuh masing-masing sebesar 45,46 persen (yoy) dan 14,02 persen (yoy).
Sementara itu, kinerja ekspor tiga komoditas utama yaitu minyak kelapa sawit (CPO), batu bara, serta besi dan baja, tercatat mengalami kontraksi.
Dari sisi negara tujuan ekspor, China masih menjadi tujuan pasar ekspor nonmigas utama Indonesia dengan share sebesar 22,40 persen, disusul Amerika Serikat 11,48 persen, dan India 6,02 persen. Sementara ekspor ke ASEAN dan Uni Eropa masing-masing mencapai 20,07 persen dan 6,42 persen.
Sementara itu, impor Indonesia pada Januari 2025 tercatat sebesar USD 18,00 miliar, terkontraksi 2,67 persen (yoy). Penurunan impor disebabkan oleh kontraksi impor migas dan nonmigas. Dari sisi penggunaan, impor barang modal tercatat tumbuh. Tetapi, impor barang konsumsi dan impor bahan baku penolong tercatat mengalami kontraksi.
ADVERTISEMENT
Dari sisi negara asal impor, China, Jepang, dan Amerika Serikat mendominasi dengan kontribusi masing-masing sebesar 40,86 persen, 7,42 persen, dan 4,92 persen. Sementara impor dari ASEAN memberikan porsi 15,41 persen dan dari Uni Eropa sebesar 5,60 persen.
“Pemerintah akan terus memantau dampak perlambatan global terhadap ekspor nasional, serta menyiapkan langkah antisipasi melalui dorongan terhadap keberlanjutan hilirisasi sumber daya alam, peningkatan daya saing produk ekspor nasional, serta diversifikasi mitra dagang utama,” tutur Febrio.